Oleh : Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial, Ekonomi&Politik
Referensi Maluku.id, – Dalam perkembangan pemikiran ekonomi-pembangunan di Indonesia pada dasawarsa 1990 an timbul istilah baru yang cepat menjadi populer kala itu, antara lain Widjojonomics, dan Habibienomics, yang mengikuti peristilahan Reaganomics yang muncul di Amerika Serikat pada dasawarsa ’80-an. Reaganomics, yang disebut juga dengan istilah supply-side economics, adalah pemikiran ekonomi yang merefleksikan kebijaksanaan ekonomi, yang ditempuh oleh Ronald Wilson Reagan (1981-1989), Presiden Amerika Serikat pada waktu itu.
Penyususnan konsepnya tentu saja bukan Reagan pribadi, melainkan Tim Penasehat Ekonomi Presiden Amerika Serikat itu dengan tokoh-tokohnya antara lain ; Arthur Raffer, Norman Ture, dan Paul Creaig Robert. Tetapi disebut Reaganomics karena konsep kebijaksanaan itu secara formal dikemukakan dan dijalankan oleh Presiden Reagan.
Ditanah air, istilah Widjojonomics tidak disebutkan kapan pertama kali diperkenalkan, diperkirakan istilah ini dipopulerkan pada tahun 1990 an tatkala Widjojo Nitisastro sukses membawa keberhasilan dalam pembangunan nasional Indonesia yang kala itu dipimpin Jenderal Soeharto pada era 1970 an-1980-an bersama kawan-kawannya antara lain ; Emil Salim, Ali Wardhana, Sumarlin, dan Harun Zain, yang digelari Mafia Berkeley. Pasalnya rata-rata mereka adalah lulusan University of California at Berkeley.
Widjojonomics adalah modernisasi sistem ekonomi yang mencakup pasar, fiskal dan utang luar negeri yang diharap melahirkan trickle down effect. Teori trickle down effect beranggapan bahwa, jika kebijakan ditujukan untuk memberi keuntungan bagi kaum kaya, maka akan menetes ke rakyat miskin melalui perluasan kesempatan kerja, distribusi pendapatan dan perluasan pasar.
Sedangkan, istilah Habibienomics pertama kali ditawarkan oleh pengamat ekonomi terkemuka Kwik Kian Gie dalam Harian Kompas 3 Maret 1993 dengan tulisannya berjudul “Konsef Pembangunan Ekonomi Prof. Habibie”. Tulisan itu sendiri adalah sebuah ulasannya terhadap pemikiran Prof. Habibie mengenai strategi industrialisasi yang dilontarkannya dalam kesempatan memperkenalkan berdirinya Center for information and Development Studies (CIDES).
Pada kesempatan itu, Prof. Habibie menyampaikan Sebuah Makalah berjudul “Pembangunan, Ekonomi Berdasarkan Nilai Tambah, dengan, Orientasi Pengembangan Teknologi dan Industri”. Makalah tersebut, sebenarnya merupakan penjelasan resmi dari pemikiran yang sebelumnya .telah dilontarkan secara lisan. Implikasi Habibienomics dinilai cukup fleksibel dan mampu mewadahi grand fusion antara pertumbuhan, pemerataan, partisipasi, dan kepentingan nasional.
Habibienomics adalah perekonomian harus dikembangkan melalui perebutan teknologi canggih untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju. Indonesia tidak boleh hanya menjadi negara yang hanya bisa memproduksi barang yang memiliki keunggulan komparatif. Tapi harus memiliki keunggulan kompetitif. (Rahardjo 1997, Fitri 2016, Sarimaya, Alam 2017).
Discussion about this post