Dr. M. J. Latuconsina, S. IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi& Politik
Referensi Maluku.id,-Ambon– Di era yang semakin modern, yang ditandai dengan revolusi teknologi informasi yang impresif, inovasi sangat di butuhkan baik itu pada organisasi pemerintah maupun organisasi swasta. Betapa inovasi dipandang sebagai sesuatu yang urgen dengan memiliki kontribusi rill bagi kemajuan suatu organisasi.
Apalagi organisasi pemerintah dan organisasi swasta, yang hadirnya untuk melakukan pelayanan publik, tentu inovasi adalah suatu keharusan di tengah ekspetasi publik, yang menghendaki pelayanan publik yang efektif dan efesien.
Pada konteks ini komponen inovasi terpenting adalah sumber daya (resources) baik itu Sumber Daya Manusia (SDM), keuangan, sosial, politik, dan berbagai sumber daya strategis lainnya serta kepemimpinan (leadership).
Komponen sumber daya, dan kepemimpinan akan mampu bersinergi untuk menssuport suksesnya inovasi. Sehingga output rill dari inovasi tersebut akan terealisasi dengan baik yakni, sehatnya organisasi dimana mampu berkontribusi secara rill dalam pemenuhan pelayanan publik.
Salah satu organisasi publik selevel Kabupaten Banyuwangi, di Provinsi Jawa Timur adalah contoh suksesnya penerapan inovasi. Lebih dari 350 inovasi dilakukan di Kabupaten Banyuwangi oleh elemen organisasi perangkat daerah (OPD), untuk percepatan dan peningkatan kualitas kinerja. Hasilnya Kabupaten Banyuwangi kembali menjadi Kabupaten terinovatif di tahun 2021 lalu.
Inovasi menjadi kunci daerah di ujung timur Pulau Jawa ini, untuk mempercepat dan mengakselerasi pembangunan. Oleh karena itu, perkembangan Banyuwangi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tidak lepas dari adanya inovasi yang dikembangkan secara berkesinambungan.
***
Pernah pada suatu kesempatan perjumpaan saya dengan salah satu top eksekutif organisasi publik non swata. Ia mengeluhkan para pimpinan di unit kerjanya, yang minim inovasi ditengah problematik masalah publik, yang tengah dihadapi baik itu secara internal dan eksternal. Sementara pada sisi lain publik mengeluhkan pelayanan organisasinya yang lambat dan tidak responsif.
Hal itu terjadi lantaran ia baru menerima tongkat estafet kepemimpinan dari pimpinan yang lama. Model kepemimpinan yang lama hadir dengan gaya patronase, dimana para pimpinan di unit kerjanya dalam mengerjakan suatu pekerjaan seringkali meminta petunjuk. Rupanya ia sengaja menciptakan “ketergantungan” bagi para pemimpin di unit kerjanya.
Dampaknya tatakala transisi ke pimpinan yang baru, mereka masih terbiasa dengan minsed menunggu petunjuk pimpinan mereka. Pada akhirnya berbagi problem publik, yang terkait dengan pelayanan publik, tidak bisa dituntaskan secara efektif dan efesien sebagaimana ekspetasi publik.
Pada perspektif ini pimpinan yang baru itu, perlu melakukan sejumlah pembenahan internal secara serius demi realisasi inovasi yang tepat pada sasarannya. Hal ini menyangkut dengan penggunaan berbagai sumber daya dan memaksimalkan kepemimpinannya, yang dibarengi dengan mengedepankan POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling) dalam kinerjanya, sebagaimana pemikiran George R. Terry (1958) dalam karyanya berjudul “Principles of Management.” (*)
Discussion about this post