Referensi Maluku
No Result
View All Result
  • NASIONAL
  • MALUKU
    • AMBON
    • KKT
    • MALRA
    • MALTENG
    • MBD
    • SBB
    • SBT
    • TUAL
    • ARU
    • BURSEL
    • BURU
  • DESA
  • HUKRIM
  • RAGAM
  • OLAHRAGA
    • LIGA 3 MALUKU
    • ALL SPORT
  • OPINI
  • EDITORIAL
  • EKONOMI
  • LOKAL
Youtube
Facebook
  • NASIONAL
  • MALUKU
    • AMBON
    • KKT
    • MALRA
    • MALTENG
    • MBD
    • SBB
    • SBT
    • TUAL
    • ARU
    • BURSEL
    • BURU
  • DESA
  • HUKRIM
  • RAGAM
  • OLAHRAGA
    • LIGA 3 MALUKU
    • ALL SPORT
  • OPINI
  • EDITORIAL
  • EKONOMI
  • LOKAL
No Result
View All Result
Referensi Maluku
Home Opini

Sari dari Gandi, Ataturk Hingga Bung Karno

May 29, 2022
in Opini
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Email

Oleh : Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA

Baca Juga

Sosok Triono Rahyudi, Jaksa Ramah yang Bertugas 3 Tahun di Kejati Maluku

Haji, Melawanlah

Jalan Panjang Izin Tambang, dan Tanggung Jawab Kolektif

Pemerhati Sosial, Politik&Ekonomi

 

Referensi Maluku.id,-Ambon-Pada Rabu (21/03) lalu tatkala melewati Jalan Kebun Kacang Raya menuju Grand Indonesia Mal-Jakarta di sore hari, saya berpapasan dengan pasangan suami istri berkewarganegaraan India, saya terkesima melihat pakain sang istri, yang mengenakan sari pakaian tradisional India, yang hingga kini masih dikenakan para kaum perempuan di negeri Hindustan itu, dimana tidak lekang oleh perkambangan zaman yang semakin modernis ini. Pikiran saya pun tertuju pada gagasan Swadesi, yang dianjurkan oleh Mohandas Karamchand Gandhi (1869-1948), yang populer dengan sebutan Mahatma Gandi, seorang tokoh pergerakan kemerdekaan India.

 

Suatu ajakan dari bapak pendiri negara bangsa India itu, agar rakyat India mampu mencukupi kebutuhan sendiri dengan hasil dan usaha sendiri. Hal ini dikarenakan, produk India juga tidak kalah dengan produk-produk Inggris kala itu. Sehingga rakyat India dianjurkan untuk memenuhi kebutuhannya dengan produk negaranya, salah satunya dengan mengenakan pakaian tradisional khas India, yang sesuai dengan karakteristik sosial budaya India, yang mengarah pada spirit nasionalisme dan menolak westernisasi, sebagai protes atas kolonialisme Inggris.

 

Tidak saja pakaian tradisional sebagai sikap nasionalisme mereka, tapi sebagai suatu bentuk penghargaan rakyat India terhadap budaya mereka yang adilihung, meskipun modernisasi melanda negara itu dengan begitu gencar, tapi mereka tidak menanggalkan budaya mereka begitu saja. Pasalnya, mereka menyadari budaya adalah identitas kebangsaan, yang membedakan mereka dengan bangsa-bangsa lainnya di level global. Hal serupa juga dilakukan Jepang, dimana meskipun merupakan salah satu negara maju, namun tidak meminggirkan budaya mereka.

 

Meminjam ungkapan Stephen William Hawking (1942-2018), seorang fisikawan teoretis, kosmologi, pengarang, dan Direktur Penelitian Centre for Theoretical Cosmology di Universitas Cambridg bahwa, “mengapa kita disini? Darimana kita berasal? Secara tradisional, ini adalah pertanyaan untuk filsafat, tetapi filsafat sudah mati.” Tentu bukan pada substansi diksi filsafat yang menjadi jawabannya, tapi diksi tradisional itu yang harus menjawab modernisasi melanda suatu negara, dan dampaknya pada indentitas kebangsaan sebagaimana pakaian tradisioanal India tersebut.

***

Berbeda dengan Mustafa Kemal Atatürk (1881-1938), yang menggagas westernisasi bagi Turki, dengan menganjurkan rakyat Turki menggunakan pakaian sebagaimana orang-orang Barat (berjas dan bertopi) sejak tahun 1925. Harapannya westernisasi itu, dapat memajukan Turki untuk setara dengan tetangga negara-negara baratnya, seperti Jerman, Perancis, Belgia, Italia, dan Belanda. Justru kenyataannya Turki sejak dahulu kala, tidak semaju negara-negara tetangga baratnya. Bahkan dibandingkan dengan India, Turki ternyata tidak semaju India dalam berbagai aspek strategis. Buruknya lagi Turki seringkali dilanda krisis ekonomi.

 

Swadesi yang digagas Gandi, dalam konteks Indonesia lebih dikenal dengan Berdirkari (beridiri di kaki sendiri), suatu jargon, yang dipelopori oleh Bung Karno, yang nasionalistik berdasarkan karakteristik sosial budaya Indonesia. Hanya saja di Indonesia pakaian tradisonal ciri khas tanah air seperti batik dan kebaya dikenakan pada acara-acara formal seperti ; pelantikan, kawinan, dan kantor. Tidak dikenakan sehari-hari layaknya pakaian tradisonal India sari dan kurta, yang digunakan sehari-hari untuk pria dan wanita, tidak saja dalam acara-acara formal namun juga dalam acara-acara non formal.(*)

ShareTweetSendSend

BERITATERKAIT

Sosok Triono Rahyudi, Jaksa Ramah yang Bertugas 3 Tahun di Kejati Maluku

Sosok Triono Rahyudi, Jaksa Ramah yang Bertugas 3 Tahun di Kejati Maluku

by admin
July 7, 2025
0

REFMAL.ID,-Ambon : Mengabdi selama tiga tahun di Provinsi...

Haji, Melawanlah

Haji, Melawanlah

by admin
June 28, 2025
0

REFMAL.ID,-Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, perjalanan spiritual...

Jalan Panjang Izin Tambang, dan Tanggung Jawab Kolektif

Jalan Panjang Izin Tambang, dan Tanggung Jawab Kolektif

by admin
June 9, 2025
0

  REFMAL.ID,-AMBON -Seringkali kita menyederhanakan izin pertambangan sebagai...

Dinamika Politik dan Lingkungan di Balik Polemik Tambang Nikel Raja Ampat: Mengapa Bahlil Lahadalia Menjadi Sasaran?

Dinamika Politik dan Lingkungan di Balik Polemik Tambang Nikel Raja Ampat: Mengapa Bahlil Lahadalia Menjadi Sasaran?

by admin
June 8, 2025
0

REFMAL.ID,-AMBON -Isu tambang nikel di Raja Ampat, Papua...

PRABOWONOMICS

PRABOWONOMICS

by admin
June 2, 2025
0

REFMAL.ID,-AMBON -Mendahului narasi ini meminjam ungkapan Muhammad Yunus,...

Anak-Anak Perempuan di Pentas Politik Asia

Anak-Anak Perempuan di Pentas Politik Asia

by admin
May 31, 2025
0

REFMAL.ID,-AMBON -Bermula dari ungkapan MacKenzi Lee, seorang penulis...

Next Post
Minta Ranperda Haji Disahkan, Ka.Kanwil: Mimpi Besar EHA Maluku Harus Segera Terwujud

Minta Ranperda Haji Disahkan, Ka.Kanwil: Mimpi Besar EHA Maluku Harus Segera Terwujud

Imunisasi di Kota Ambon Menurun, Kasus KLB Meningkat, Ambon Layak Peroleh Sertifikat Eliminasi Malaria

Imunisasi di Kota Ambon Menurun, Kasus KLB Meningkat, Ambon Layak Peroleh Sertifikat Eliminasi Malaria

Discussion about this post

Popular Stories

  • Kisah Pasutri Petinju Maluku, Berulang Kali Sumbang Medali di PON, 15 Tahun Honor Tak Diangkat PNS

    Kisah Pasutri Petinju Maluku, Berulang Kali Sumbang Medali di PON, 15 Tahun Honor Tak Diangkat PNS

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima ABK Sabuk Nusantara 103 Babak Belur Dihajar Oknum TNI dan Brimob, Yermias Minta Danyon dan Dansat Bersikap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bawa Malut United ke Posisi 3 Liga I, Imran Nahumarury Justru Keluar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Selamat Jalan Kaka Sani Tawainella, Sampai “Baku Dapa” Glend Fredly Latuihamallo di Tengah Cahaya Sorgawi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Delapan Wakil Rakyat Maluku di Senayan Membisu dan “Omong Kosong”, Anggota DPR RI Asal Sulut Bantu Heins Songjanan Siap Dilantik Tamtama TNI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedomam Media Cyber

© 2022 referensimaluku.id

No Result
View All Result
  • NASIONAL
  • MALUKU
    • AMBON
    • KKT
    • MALRA
    • MALTENG
    • MBD
    • SBB
    • SBT
    • TUAL
    • ARU
    • BURSEL
    • BURU
  • DESA
  • HUKRIM
  • RAGAM
  • OLAHRAGA
    • LIGA 3 MALUKU
    • ALL SPORT
  • OPINI
  • EDITORIAL
  • EKONOMI

© 2022 referensimaluku.id