Oleh : Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensi Maluku.id,-Ambon-Jika zaman revolusi pada dekade 1930 an hingga 1940 an, figur kepala pemerintahan selevel presiden dan perdana menteri, yang tidak tamat pendidikan formal, bisa dimaklumi sesuai dengan kondisi dinamika sosial kemasyarakatan, dimana kesempatan untuk sekolah bagi mereka kecil sekali. Kecuali jika mereka anak raja atau pegawai dipemerintahan kolonial, ada kesempatan bagi mereka untuk sekolah. Sehingga banyak diantara para elite itu dimasa kecil tidak melewati pendidikan formal dari level dasar, menengah, atas hingga perguruan tinggi.
Melainkan mereka menempuh sekolah dengan otodidak atau belajar sendiri diluar lembaga pendidikan formal. Sebut saja Adam Malik adalah salah satu Wakil Presiden Republik Indonesia periode 1978-1983, yang tidak menamatkan pendidikannya pada sekolah level dasar. Ia pernah mengenyam pendidikan pada Sekolah Agama Madrasah Sumatera Thawalib Parabek di Bukittinggi pasca menuntut ilmu pada pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Pematangsiantar, yang tidak sampai tamat. Itu merupakan sesuatu yang wajar, sesuai zamannya.
Namun dalam dunia yang sudah begini maju, dimana pendidikan merupakan indikator vital sebagai syarat administratif, bagi seorang figur yang tampil di gelanggang politik sebagai calon kepala pemerintahan, ternyata bukan satu-satunya hambatan bagi mereka untuk berkiprah. Hal ini dikarenakan konstitusi yang memberikan ruang. Kondisi ini ditemukan di Republik Afrika Selatan, dimana salah satu presidennya tidak mengenyam pendidikan sekolah dasar hingga tuntas. Ia tak lain adalah Jacob Gedleyihlekisa Zuma yang populer dengan panggilan Jacob Zuma, Presiden Afrika Selatan ke-4 periode 2009-2018.
Zuma lahir di Inkandla, KwaZulu-Natal, Afrika Selatan, pada 12 April 1942. Nama klannya adalah Zuma. Dia dikenal akrab dengan nama kesayangannya Msholozi dan tidak pernah memperoleh pendidikan formal setelah Sekolah Dasar, melainkan belajar sendiri. Ia hanya belajar hingga kelas 3 (kini disebut kelas 5). Ia melewati masa kanak-kanaknya berpindah-pindah antara Zululand dan daerah-daerah pinggiran kota Durban di wilayah Umkhumbane (dekat Chesterville). Ayahnya adalah seorang polisi yang meninggal dunia ketika Zuma masih kecil.
Tatkala tumbuh dewasa ia tertarik dengan dunia politik, sehingga ia pada usia yang masih muda terjun ke dunia politik, dan bergabung dengan African National Congress (ANC), yang merupakan salah satu partai politik, yang didirikan pada 8 Januari 1912 di Bloemfontein untuk melindungi hak-hak kaum mayoritas kulit hitam di Afrika Selatan. Dalam perkembangannya setelah ANC dilarang pada 1960, Zuma pun pada 1962 hijrah dan menjadi anggota dari Umkhonto we Sizwe , suatu organisasi sayap bersenjata Kongres Nasional Afrika (ANC), yang didirikan Nelson Mandela dan berperang melawan pemerintah Afrika Selatan.
Karier politiknya bak air yang mengalir, tak hanya menjadi anggota sayap bersenjata dari ANC saja, melainkan menanjak naik hingga posisi puncak sebagai Ketua ANC pada 18 Desember 2007 setelah mengalahkan Thabo Mbeki, Presiden bertahan pada konferensi ANC di Polokwane. Sebelum menempati posisi puncak di partainya itu, Zuma juga telah menjadi Wakil Presiden Afrika Selatan periode 1999-2005 mendampingi Presiden Mbeki periode 1999-2008.
Jalan mencapai karier puncak penuh “kerikil-kerikil tajam”, salah satunya pada tahun 2005 Zuma terpaksa di pecat oleh Presiden Mbeki terkait keterlibatannya dalam skandal suap oleh Schabir Shaik penasehat keuangannya sebesar 1,2 juta rand atau sekitar Rp 1,7 miliar, yang disediakan perusahaan dagang Prancis, Thint Holdings, untuk menghambat penyidikan kasus korupsi dalam transaksi senjata pada 1999 lalu.
Pada tahun 2006 ia terlibat kasus pemerkosaan, namun putusan pengadilan membebaskannya dari kasus ini, lantaran dilakukan atas suka sama suka dengan wanita penggiat AIDS itu. Meskipun didera dengan kasus suap dan pemerkosaan, namun Zuma tetap mendapat simpati dari suku Zulu suatu kelompok etnis di republik ini, dan liga pemuda ANC. Mereka mengatakan bahwa Zuma telah berjuang dengan baik. Para pendukungnya yang paling vokal tetap setia. Mereka berkumpul di luar gedung pengadilan uutuk menunjukkan dukungan mereka baginya selama proses pengadilannya.
Jalan terjal itu akhirnya sedikit demi sedikit dapat dilalui Zuma dan menemui arah yang lapang. Pada pemilihan Presiden Afrika Selatan tak langsung, yang dilakukan diparlemen pada 22 April 2009 lalu, pria romantis, kharismatik dan flamboyan, yang tak sempat menamatkan pendidikan dasar formal ini semakin menampakkan suksesnya. Ia berhasil menghempaskan rival politiknya Mvume Dandala dari Partai Conggres of the People dengan meraih 227 suara. Sementara Dandala hanya meraih 47 suara, Zuma pun pada akhirnya sukses menjadi presiden di republik di Afrika bagian selatan itu.(Liputan 6, 2005, Antara, 2009, Akurat, Wikipedia, 2021).
Discussion about this post