Oleh : Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
ReferensiMaluku.id-Ambon-Meminjam kata Boy Chandra (1989), seorang novelis yang mengisahkan cerita-cerita romantik, melalui suatu karyanya ‘Pada Senja Yang Membawamu Pergi’, yang mengatakan : bagaimana pun kita sudah menjalani semua itu. Biarlah semua menjadi kenangan. Suatu hari nanti kita akan melupakan. Kata-kata itu, memiliki makna kita memiliki suatu kenangan (a memory), bukan saja tentang kisah-kisah romantik saat remaja dulu, tapi kita memiliki suatu kenangan tentang masa kecil, masa dimana kita memiliki kebahagiaan tersendiri (own happiness), dengan kreasi tersendiri pula kita bisa bersama menjalin pertemanan. Itu lah masa bagi generasi 1980-an hingga 1990-an.
Suatu generasi yang tidak asing lagi dengan mainan roda-roda, yang merupakan ban bekas motor. Saya pun demikian, dulu tatkala permainan anak-anak tidak se canggih sekarang, dimana anak zaman sekarang jauh lebih beruntung, karena bisa menikmati beragam hiburan dan teknologi yang seolah tanpa batas. Cukup dengan sekali klik maka semua kebutuhan informasi dan hiburan bisa didapat dan dimainkan dengan mudah. Saat ini hampir semua orang memiliki beragam gadget canggih. Mulai dari smartphone, PC, laptop, console game, hingga virtual reality.
Dulu kita hanya bisa berkreasi menggunakan ban bekas, untuk dimainkan di lorong-lorong gang komplek tempat tinggal kami. Terkadang juga kami memainkannya jauh, dengan berombongan kawan-kawan. Cara memainkannya cukup dengan mengulirkannya, lalu didorong sambil dipukul dengan sepotong kayu, ada kalanya kami merancang potongan ember plastik bekas, yang dipaku pada sepotong kayu layaknya sebuah bilah gorengan, lalu menempelkan sambil mendorong ban, terasa laju perasaan kami pun gembira (happy) merasakan dan melihat bannya kencang berlari.
Sekali-kali kami memainkannya beramai-ramai hingga memasuki becek, dan lumpur, kami pun lantas memandikannya di ledeng umum maupun di pantai. Rupanya masa kecil yang membuat kita sedang bermimpi (dreaming), seakan-akan ban bekas itu adalah sebuah sepeda motor (motorcycle), sesuatu yang tentu naïf, jika kami kenang saat ini, sambil tertawa mengingatnya, betapa lucu saat itu. Tapi itulah masa kecil, masa dimana kami masi memiliki impian, yang hendak diwujudnyatakan dengan permainan dari barang bekas, yang dianggap sebuah barang mahal (expensive goods) layaknya sebuah sepeda motor.
Discussion about this post