Oleh :Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensimaluku.id,-Ambon- Saya kira kamerad (kawan) yang punya wawasan filsafat begitu baik, layaknya kamerad-kamerad lainnya, yang bukan sok tau dimana pengetahuan apa saja kamerad bisa menjawabnya, bahkan siapa saja bisa kamerad tangkis pendapatnya. Tak pelak tanpa sadar kamerad telah terjerumus menjadi ilmuan yang “serba tau”, dan “serba bisa” melampaui kapasitas pengetahuan yang kamerad miliki. Dalam dunia enertaniment dahulu di era 1980-an layakya Hetty Koes Endang, dia disebut penyanyi serba bisa lantaran tembang pop, rege, keroncong, dan dangdut pun dia bisa lantunkan dengan lancar. Tentu jangan seperti itu, karena ilmuan beda dengan penyanyi.
Mestinya kamerad tau bahwa, kebenaran dalam ilmu pengetahuan (science) itu, tidak bisa dicapai dengan sebenar-benarnya (hakiki) layaknya kebenaran dalam agama, yang dari sana-Nya adalah kebenaran hakiki, yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Bahkan kebenaran dalam ilmu pengetahuan, yang diturunkan melalui suatu teori, bisa mengalami falsifikasi yakni, pembuktian atau pembeberan bahwa suatu pandangan atau teori itu salah. Ini terjadi jika ada penelitian terbaru yang kemudian menggugurkan penelitan sebelumnya. Kondisi ini menunjukan rahah ilmu pengetahuan itu dinamis dan luas kamerad.
Hal ini sebagaimana pemikiran Karl Raimund Popper, dimana pada tahun 1934 ia menggebrak dunia filsafat sains melalui karyana “The Logic of Scientific Discovery”.Konklusinya, dalam pemikiran Popper, selama suatu teori belum bisa difalsifikasi, maka ia akan dianggap benar. Artinya, keyakinan kebenaran terhadap teori tersebut adalah tidak mutlak, hanya merupakan keyakinan yang memadai. Namun ketika teori tersebut difalsifikasi, maka hal tersebut akan menimbulkan keyakinan mutlak bahwa teori tersebut salah.
Padahal jika saja frame otak kamerad bisa di asa secara baik, tentu gagasan-gagasan pemikiran kamerad, yang segar itu bisa kamerda tumpakan secara natarif dan elegan layaknya seperti pada “Les Temps Modernes”, suatu jurnal Prancis dalam bidang, politik, sastra dan filsafat, yang didirikan oleh Simone de Beauvoir dan Jean-Paul Sartre, yang diterbitkan pertama kali pada Oktober 1945. Oleh karena itu, marilah konsisten dalam berilmu pengetahuan, jangan jadi “ilmuan serba tau” dan “ilmuan serba bisa”. Sehingga benar-benar menggunakan pisau analisismu secara objektif, berdasarkan besic ilmu pengetahuanmu, yang diterima publik dengan “bebas nilai”. (*)
Discussion about this post