Oleh : Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensiimaluku.id,-Ambon- Tiga rangakain kata itu, bukan merupakan bagian dari diksi kelirumologi, yang dipopulerkan oleh Jaya Suprana, seorang warga negara Indonesia berdarah Cina, yang dibesarkan dalam kultur kebudayaan Jawa, dengan beragam profesi yang melekat pada dirinya yakni ; pianis, komponis, penulis, public speaker, presenter tv, kartunis, kelirumolog, humorolog, filantropis, pemerhati masalah sosial, budayawan dan pengusaha. Mempunyai hubungan harmonis dengan berbagai tokoh politik, kesenian dan agama di tanah air. Dia dikenal juga sebagai seorang berkepribadian unik, jenius, kreatif dan memiliki berbagai bakat.
Tiga rangkaian kata itu lazimnya berdiri sendiri, namun juga bisa dipararelkan, yang relevan dengan konteks penggunaan kata-kata itu. Kata tokoh adalah seseorang yang terkemuka atau kenamaan di bidangnya, atau seseorang yang memegang peranan penting dalam suatu bidang atau aspek kehidupan tertentu dalam masyarakat. Seseorang tersebut berasal, dibesarkan, dan hidup dalam lingkungan masyarakat tertentu. Sementara itu, kata toke asal muasal katanya adalah tauke, yang merupakan majikan atau pedagang Cina. Sedangkan teko adalah cerek dari tembikar dan sebagainya untuk tempat air minum.
Tatkala dipararelkan, yang relevan dengan konteks penggunaan kata-kata itu, terjadi dalam momentum politik, baik itu dalam Pilkada, Pileg, dan Pilpres. Dimana, para tokoh politik yang berkontestasi dalam even politik lokal, dan nasional itu mendapat dukungan finansial dari para toke, yang memiliki bisnis pertambangan, transportasi, perdagangan, perhotelan, pertanian, pariwisata serta perikanan dan kelautan. Biasanya, antara para tokoh, dan toke pun sering melakukan pertemuan, untuk bincang-bincang politik terkait dengan event politik lokal dan nasional di caffe, dimana para pelayanan di caffe menyugukan kopi dalam teko kepada para tokoh dan toke itu.
Akhir kalam, sekali lagi tiga rangkaian kata ini bukanlah diksi kelirumologi, sebagaimana yang dipopulerkan oleh Jaya Suprana. Melainkan rangkaian tiga kata yang cerai berai, tapi bisa disatukan berdasarkan sudut pandang yang situasional. Tentang sudut pandang Altami N.D. seorang novelis perempuan, yang populer melalui novelnya berjudul : “A Week-Long Journey”, yang diterbitkan 2015 lantas mengatakan bahwa, “dengan melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain pun, kamu bisa terlatih untuk peka. Karena banyak yang kita lewatkan kalau kita cuma memandang sesuatu dari sudut saja.” (*)
Discussion about this post