Referensimaluku.id.Ambon — Ada hal menarik yang terungkap saat Walikota Ambon Richard Louhenapessy menghadiri buka puasa bersama (Bukber) Pemerintah Kota Ambon dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Mardika, Ambon, Selasa (19/4/2022).
Kepada Referensimaluku.id seusai berbuka puasa bersama, Louhenapessy nyatakan secara pemerintahan ini waktu – waktu terakhir dirinya, tetapi secara politik ini semua itu awal dari sebuah perjuangan sangat panjang bagi dirinya.
“Nah! dalam kegiatan politik itu ngak ada awal dan akhir. Sampai dengan akhir tugas pengabdian, tetap saya terus dengan masyarakat dan itu adalah komitmen karena memang ini untuk mengabdi, ” tegasnya.
Louhenapessy menceritakan dirinya punya pengalaman bersama Menteri Koordinator (Menko) Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binzar Panjaitan. “Saat itu bersama pak Luhut Panjaitan kita bicarakan proyek – proyek strategis di Kota Ambon. Kemudian pak Luhut bertanya kepada saya, sampai kapan masa pengabdian lalu saya sampaikan bulan depan sudah purna bakti. Kata pak Luhut wah ini bulan depan sudah purna bakti tapi masih punya semangat seperti ini untuk Ambon. Saya katakan bahwa saya jadi Walikota bukan untuk pribadi, tapi untuk rakyat Kota Ambon,” kisahnya.
“Dengan semangat saya ini, Pak Luhut langsung disposisikan kepada deputinya untuk memberikan satu, yakni penyelesaian dengan Benteng Vvctoria,kedua rumah sakit untuk Ambon, dan ketiga itu City of Music. Itu tiga program besar yang sementara digodok sekarang di Kementerian Marves,” paparnya.
“Kemudian kita sudah mulai melakukan pendekatan dan mengadakan rapat koordinasi bersama Bappeda, dan kalangan dunia Pendidikan, dan mudah – mudahan 2023 sudah bisa masuk lagi sebagai program prioritas untuk Ambon”.
Louhenapessy sangat optimis karena ini bagian kepeduliannya untuk membangun Kota Ambon. “Semakin waktu berpendek semangat berpacu sangat tinggi, bukannya spirit makin gendor, tapi makin lebih cepat. Jangan sampai tidak cukup waktu”.
“Puasa tahun ini memang memiliki nilai spesifik bagi kita di Indonesia lebih khususnya di Kota Ambon dan Maluku karena pelaksanaan bulan suci Ramadhan persamaan dengan Hari Paskah dan hal ini memberikan sebuah nilai toleransi yang begitu luar biasa dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan dalam kehidupan beragama. Bukan soal – soal toleransi, tapi soal kerukunan antarumat itu betul – betul yang harus belajar dari Indonesia”.
“Setiap tahun itu Kota Ambon masuk sebagai Kota dengan tingkat indeks toleransi yang tinggi sehingga masuk 10 besar, tetapi perlu diingat kita satu – satunya Kota dengan tingkat kerukunan antarumat beragama yang terbaik yang diberikan oleh Kementerian Agama.
Toleransi masuk 10 besar, tapi hubungan antarumat beragama di Ambon menjadi contoh di Indonesia, “tutupnya.(RM-04)
Discussion about this post