Oleh : Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensimaluku.id,-Ambon- Tema “liar” ini seakan menganggap Stephen William Hawking (1942-2018), seorang fisikawan teoretis berkebangsaan Inggris, yang populer disapa Stephen Hawking, sebagai orang pertama yang memaparkan teori kosmologi telah “memangsa filsafat”. Seakan filsafat adalah makanan enak nan renyah, yang kemudian dilahap habis oleh Hawking.
Hal ini beranjak dari ungkapan filosofis kontemplatifnya bahwa, “mengapa kita disini ? darimana kita berasal ? secara tradisional, ini adalah pertanyaan untuk filsafat, tetapi filsafat sudah mati.” Tentu ini merupakan padangannya, tentang eksistensi manusia dan asal muasalnya, dimana ia telah tergelincir pada ranah terbentuknya alam semesta tanpa campur tangan Tuhan. Jika dibaca secara letterlijk benar-benar “filsafat sudah mati”.
Berbeda dengan perspektif pemikiran Bertrand Arthur William Russell (1872-1970), yang dikenal dengan saapaan Bertrand Russell, seorang filsuf dan ahli matematika berkebangsaan Inggris, dimana pada tahun 1950 ia pernah di ganjar Prize Nobel bidang sastra, lantaran dedikasinya dalam bidang sastra selain dua bidang yang disebutkan sebelumnya.
Russel justru memaknai “filsafat masih hidup”. Hal ini bisa dilihat dari padangannya, dimana pada suatu waktu, ia pernah mengungkapkan bahwa, “antara teologi dan ilmu pengetahuan terletak suatu daerah tak bertuan. Daerah ini diserang baik oleh teologi maupun oleh ilmu pengetahuan. Daerah tak bertuan ini adalah filsafat.” Filsafat belum mati, mari belajar filsafat. (*)
Discussion about this post