Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensimaluku.id,-Ambon- Bak kata bertua Ernesto “Che” Guevara sang revolusioner kiri berkebangsaan Argentina, yang bahu-membahu bersama Castro bersaudara ; Fidel Alejandro Castro Ruz dan Raúl Modesto Castro Ruz saat revolusi Kuba yang berlangsung sejak 26 Juli 1953 hingga 1 Januari 1959, yang dengan sukses menjungkalkan rezim Jenderal Fulgencio Batista y Zaldívar dari tampuk kekuasaanya bahwa, “kami berjuang bersama rakyat dan demi rakyat..” Ungkapan ini, menjadi gambaran bagi kita tentang para figur kerakyatan, yang tatkala melawan hegemoni kolonial dan rezim yang tiran selalu bersama rakyat. Biasanya para figur kerakyatan itu memiliki profesi awal bukanlah politikus melainkan ada kalanya mereka adalah guru.
***
Tak lain adalah Mao Zedong dimana dia menempuh pendidikan guru, lantas dalam perjalanannya dia tidak benar-benar menjadi seorang guru melainkan menjadi seorang politikus, hingga kemudian dia berperan dalam mendirikan Republik Rakyat Tiongkok dan menjadi Ketua Partai Komunis Tiongkok. Hal ini berbeda dengan Julius Kambarage Nyerere, yang awalnya menempuh pendidikan di Universitas Makerere Afrika Timur kala itu, lantas dalam perjalanannya di menjadi seorang guru. Dia kemudian menginisiasi pergerakan kemerdekaan Tanganyika sebelum berubah nama menjadi Tanzania dari Inggris, sampai sukses merdeka pada 9 Desember, 1961.
Nyerere adalah anak kepala suku Zanaki. Ia lahir pada 13 April 1922 Butiama, Tanzania yang saat ini masih bernama Tanganyika. Ia menempuh pendidikan di tempat kelahirannya hingga mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di Universitas Makerere, Uganda. Di universitas tersebut, Nyerere mendirikan Tanganyika Welfare Association yang kemudian menjadi Tanganyika African Assosiation (TAA). Setelah menyelesaikan studinya dan mendapatkan sertifikat mengajar, ia kembali ke Tanganyika dan menjadi guru Biologi dan Bahasa Inggris di St. Mary’s Secondary School, Tabora, selama 3 tahun. Ia beruntung karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan studi di Universitas Edinburgh, Inggris, dan Nyerere adalah orang Tanzania pertama yang bersekolah Inggris. Ia lulus dengan gelar Master of Arts bidang Ekonomi dan Sejarah tahun 1952.
Sepulangnya dari Inggris, Nyerere kembali ke profesi semula, yaitu menjadi guru di St. Francis’ College. Tahun 1953, ia terpilih menjadi presiden TAA yang kemudian ia ubah menjadi Tanganyika African National Union (TANU) yang berorientasi politik yang bertujuan untuk memperjuangkan kedaulatan nasional Tanganyika tanpa kekerasan, berpolitik multi-etnis, dan harmoni sosial politik. Ia mengundurkan diri sebagai pengajar pada tahun 1954 untuk mengejar karir politiknya. Integritas dan kemampuannya sebagai orator ulung sangat membantu Nyerere untuk mencapai tujuan TANU yang menginginkan kemerdekaan tanpa pertumpahan darah.
Keberhasilan ini tidak lepas dari Gubernur Inggris yang sangat kooperatif dengan TANU, Sir Richard Turnbull. Nyerere kemudian masuk ke Dewan Legislatif Kolonial tahun 1958-1959 supaya dapat mengikuti pemilu, dan akhirnya ia terpilih menjadi menteri sebelum Tanganyika diberi pemerintahan independen. Tahun 1961, Tanganyika mendapatkan pemerintahan independennya dan Nyerere menjadi Perdana Menteri pertama. Setahun kemudian, pada 9 Desember 1961 ia terpilih menjadi Presiden ketika Tanganyika berubah menjadi Republik. Setelah Zanzibar bergabung dengan Tanganyika, nama negara itupun menjadi Tanzania. Hal ini sekaligus mendapuk Tanzania sebagai salah negara di Afrika Timur yang meraih kemerdekaan lebih dulu lantas diikuti oleh Djibouti, Eritrea, Ethiopia, Kenya, Mauritius, Somalia, dan Uganda.
Sayangnya, pada tahun 1962 Nyerere membuat Undang-Undang Penahanan Preventif untuk menahan dan memenjarakan para oposisi dan menekan serikat pekerja. Tahun 1979, Nyerere memiliki tahanan politik yang jumlah jauh lebih banyak dari Afrika Selatan. Penjara Nyerere untuk oposisinya terkenal dengan praktik-praktik hukuman sengatan listrik, isolasi, dan pembatasan pemberian kebutuhan pokok. Sesuatu yang memprihatinkan dari cita-cita kemerdekaan, yang dipeloproinya, dengan tujuan untuk menciptakan kemandirian dan kesejahnteran bagi rakyatnya. Di sisi lain, Nyerere menerapkan sistem ekonomi sosialis dan menjalin hubungan mesra dengan Cina sambil memperkenalkan kebijakan kolektivisasi pertanian yang disebut ‘Ujamaa’.
Iklim ekonomi yang dibangun Nyerere ternyata menyuburkan bibit korupsi dikalangan pejabat dan birokrat yang berakibat pada kemiskinan Tanzania ; ketahanan pangan menurun dan bergantung pada bantuan asing, terjadinya kolaps di berbagai sektor ekonom, kehancuran sistem transportasi, dan sebagainya. Padahal, Tanzania sebelumnya adalah eksportir makanan terbesar di Afrika, tetapi berubah menjadi importir makanan terbesar. Kegagalannya itu, membuat Nyerere mengundurkan diri dari jabatannya selaku Presiden Tanzania pada 5 November 1985. Ia kemudian digantikan oleh rekannya, Ali Hassan Mwinyi.(merdeka.com, https://id.wikipedia.org, 2015). (*)
Discussion about this post