Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensimaluku.id,-Ambon- Tidak banyak dokter yang tampil dalam pentas politik, lantas sukses menjadi Perdana Menteri dan Presiden di negara mereka. Kesibukan mereka pada ruang-ruang bedah maupun memberikan pelayanan kesehatan kepada rakyat, membuat mereka tidak memiliki waktu, untuk membanting setir merambah dunia politik guna berkontestasi melalui pemilihan umum (Pemilu), untuk meraih jabatan bergengsi se level Perdana Menteri dan Presiden di negara mereka. Pengabdian kepada rakyat, bangsa, dan negara dalam bidang kesehatan yang mereka anggap lebih penting, daripada merambah panggung politik yang serba intrik-intrik.
Pada era lampau dapat ditemukan pada sosok Sun Yat-sen (1919-1925), adalah seorang dokter yang kemudian sukses menjadi Presiden Sementara Republik Tiongkok. Begitu juga saat ini, ditemukan pada sosok Gurbanguly Berdymukhamedov (2006-2019), merupakan seorang dokter gigi, yang kemudian berhasil menjadi Presiden Turkmenistan. Ternyata tidak hanya dua figur itu saja. Namun terdapat pula Mahathir Mohamad yang merupakan seorang dokter, yang kemudian sukses menjadi Perdana Menteri Malaysia (1981-2023).
Nama lengkapnya Mahathir bin Mohamad, lahir di Alor Setar, Kedah pada 10 Juli 1925. Dia merupakan anak bungsu dari 10 kakak-beradik dari pasangan Mohamed bin Iskandar dan Wan Tempawan binti Wan Hanapi. Ayah Mahathir, Mohamed berasal dari Pulau Pinang, adalah seorang Melayu dengan nenek moyang dari negeri selatan India Kerala. Sedangkan ibunya Wan Tempawan, berasal dari Kedah yang merupakan seorang Melayu. Kakeknya, Iskandar adalah seorang guru, begitu pula ayahnya, Mohamad juga seorang guru. Sehingga, dia mewarisi kecerdasan dan ketekunan dari kakek dan ayahnya.
Mahathir mengeyam pendidikan awalnya di Sekolah Melayu Seberang Perak, Alor Setar, Kedah. Pada tahun 1932 dia melanjutkan pelajaran di Government English School (GES), setelah lulus dia melanjutkan lagi pendidikannya pada Kolej Perubatan King Edward VII. Kemudian, dia kuliah di University of Malaya, pada tahun 1953 Mahathir menyelesaikan studinya, dan memperoleh ijazah sarjana kedokteran bedah (Bachelor of Medicine, Bachelor of Surgery/MBBS). Dia lantas menjadi dokter pelatih di Hospital Besar Pulau Pinang. Pada tahun 1954, Mahathir dilantik sebagai pegawai perubatan di Hospital Besar Alor Setar.
Jauh sebelum negaranya merdeka, Mahathir telah merambah pentas politik, dengan aktif di United Malays National Organisation (UMNO) di tahun 1946. Pada tahun 1964 dia pun menjadi anggota parlemen selama dua periode. Ia kemudian berselisih dengan Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman (1957-1970) puncaknya pada 1969, Mahathir dikeluarkan dari keanggotaan UMNO lantaran mengritik Perdana Menteri Rahman terkait nasib orang-orang Melayu. Dimana, menurutnya warga Melayu kurang mendapat perhatian dari negara. Pada tahun yang sama, kerusuhan antar etnis Melayu dan Cina meletus dan menewaskan ratusan orang.
Karier politik Mahathir justru dimulai setelah dibuang dari UMNO. Terasing dari panggung politik nasional, ia menumpahkan gagasan-gagasannya dalam sebuah buku berjudul ‘The Malay Dilemma’ (1970). Buku itu cukup kontroversial, isinya secara umum menuturkan penyingkiran orang Melayu sejak era kolonial Inggris. Setelah Perdana Menteri Rahman mundur, Mahathir kembali ke UMNO pada tahun 1972. Dia lantas menjadi anggota Parlemen, dan lantas diangkat menjadi Menteri Pendidikan sampai akhirnya dia menjadi orang nomor dua di Malaysia, dengan menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri.
Jalan bagi Mahathir untuk bertengger menduduki posisi puncak Kepala Pemerintahan di negara jiran itu dengan menjadi Perdana Menteri Malaysia semakin terbuka. Peluang itu hadir padanya, tatkala Perdana Menteri Malaysia Hussein Onn (1976-1981) mengundurkan diri dari jabatannya, dengan alasan kesehatan. Sehingga akhirnya selaku Wakil Perdana Menteri kala itu, Mahathir pun dilantik menggantikan posisi Perdana Menteri Onn sebagai Perdana Menteri Malaysia pada 16 Juli 1981. Ditangan Mahathir, dia memodernisasi Malaysia menjadi negara yang maju, salah satunya dalam bidang ekonomi.
Upaya Mahathir itu, membuat Malaysia secara ekonomi merupakan salah satu negara terbesar ketiga di Asia Tenggara dan kedua puluh sembilan di dunia berdasarkan produk domestik bruto (PDB), dengan inflasi yang hanya sekitar 0,4%, serta angka kemiskinan hanya 3,5 persen. Bahkan dia sukses memimpin Malaysia keluar dari krisis ekonomi di tahun 1998, dan menolak tunduk pada Internastional Monetary Fund (IMF). Padahal pada saat krisis terjadi mata uang Malaysia yaitu Ringgit jatuh tajam, bursa saham Kuala Lumpur jatuh 856 poin. Pengeluaran di sektor konstuksi menurun 23,5 %, produksi menurun 9 % dan agrikultur 5,9 %, dan jumlah Gross Domestic Product (GDP) negara merosot hingga 6,2 %.
Kesuksesan ekonomi yang dibangunnya, membuat dia enggan melihat Malaysia mengalami kemunduran pada era Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi (2003-2009), dan pada era Perdana Menteri Najib Razak (2009-2018). Bukan menjadi rahasia lagi, jika turunnya Perdana Menteri Badawi pada 4 April 2009 tidak terlepas dari campur tangan Mahathir, yang selalu mengkritik berbagai kebijakan Perdana Menteri Badawi. Begitu pula Perdana Menteri Najib kalah dalam Pemilu Malaysia pada 9 Mei 2018, lantaran berkontestasi dengan Mahathir, dengan isu korupsi yang menerpanya. Sehingga suara Perdana Menteri Najib pun anjlok.
Meskipun sudah gaek, sebagai salah satu Perdana Menteri tertua di dunia dalam usia 92 tahun, tapi Mahathir memiliki optimisme membangun ekonomi Malaysia yang berkemajuan. Sehingga dia tampil merekonstruksi pebangunan Malaysia, melalui gagasan Visi 2020 Malaysia, di mana mimpi besar pada 2020 Malaysia akan menjadi sebuah negara maju dalam tempo 30 tahun. Visi 2020 Malaysia itu, akan terwujud. Pasalnya kurun waktu 23 tahun dalam jabatan Mahathir sebagai Perdana Menteri, sejak 1981-2003 dia telah membuktikannya, dengan mensukseskan ekonomi Malaysia, yang berkemajuan. Sehingga terasa pada bidang-bidang lainnya, yang memiliki output rill bagi kesejahteraan rakyat Malaysia.
Mahathir memang bukan seorang profil, yang setara dengan Sun Yat Sen. Namun mereka memiliki kesamaan dalam profesi sebagai dokter. Sun Yat Sen dikenal sebagai seorang pemimpin kunci dalam revolusi Tiongkok, maka Mahathir juga dikenal sebagai seorang pimpinan kunci dalam revolusi ekonomi Malaysia. Pasalnya, ditangan Mahatir-lah ekonomi Malaysia berkemajuan, yang memiliki dampak bagi bidang-bidang strategis lainnya, yang berkenan dengan kesejahteran rakyat di negeri jiran itu. Sehingga Mahathir tidak saja di juluki Little Soekrano, tapi juga di juliki Sun Yat Sen dari Malaysia. (moneysmart.id, tirto.id, 2018, wikipedia, 2019). (*)
Discussion about this post