Referensimalukuid.Piru-Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak ( BBM) di Tanah Air juga merebak hingga Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) terutama di ibukota Kabupaten Piru. Di situ masyarakat pengguna BBM jenis Pertalite dengan harga Rp. 9000 hingga Rp 10.000 per lite kini mulai terbebani menghilangnya BBM jenis Pertalite dan digantikan Pertamax seharga Rp 15.000 per liter.
Kenaikan harga BBM tersebut relatif membebani masyarakat, bahkan disinyalir menghilangnya Pertalite di pengecer kian menimbulkan pembengkakan biaya transportasi masyarakat.
Parahnya lagi, kenaikan harga Pertamax secara Nasional yang semestinya dipatok Rp. 12. 500 hingga 13.000 per liter kemudian dinaikan sepihak oleh pengecer seharga Rp 15.000 per liter.
Anehnya, kenaikan harga BBM yang sudah sangat meresahkan masyarakat selama rentang beberapa pekan terakhir ini tidak pernah mendapat respons positif Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja (Disperindagnaker) Kabupaten SBB. Disperindagnaker setempat dinilai impoten mengatasi keresahan masyarakat akan kenaikan harga BBM maupun kelangkaan BBM belakangan ini.
Itu pula yang memantik reaksi anggota DPRD Kabupaten SBB Melkisedek Tuhehay. S.Sos, angkat suara. Dengan lantang dia meminta Bupati SBB Timotius Akerina SE M.Si segera turun tangan mengatasi persoalan kenaikan harga BBM dan kelangkaan BBM di wilayah tersebut.
“Persoalan kelangkaan Pertalite dan kenaikan Pertamax yang terjadi di Kabupaten SBB secara drastis yang terjadi selama beberapa waktu ini, dan tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh Disperindag SBB, maka dengan sendirinya publik akan menilai kalau Disperidagnaker SBB gagal mengatasi persoalan- persoalan masyarakat SBB,” kata Tuhehay ketika dikonfirmasi Referensimalukuid via ponselnya, Senin (11/4/2022).
“Saya harap ke depan nanti penempatan posisi di OPD- OPD maupun jabatan lainnya adalah karena kemampuan dan kompetensi untuk mencari solusi mengatasi persoalan – persoalan di masyarakat bukan karena faktor kedekatan lainnya,karena kita ini adalah representasi masyarakat,” tandasnya.
Tuhehay meminta Bupati Akerina tidak hanya fokus pada kegiatan – kegiatan seremonial, tetapi fokus juga pada kehidupan ekonomi masyarakat, pemulihan ekonomi di masa pandemi virus korona (Covid-19) serta kesiapan umat Muslim di SBB menjalani bulan Ramadhan.
Tuhehay memastikan kenaikan harga BBM akan berimbas pada kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya sehingga bakal memberatkan kehidupan masyarakat.
“Saya minta para pengecer tidak menaikkan harga Pertamax sesuka hati. Pasalnya ketentuan standar Nasional, yakni Rp. 12.500- Rp.13.000 per liter. Tentunya harus ada rasionalisasi penetapan harga yang tepat, sehingga tidak merugikan masyarakat. Selain itu, pihak Kep
Polres SBB dan Polsek jajaran juga harus mengusut kelangkaan Pertalite akhir-akhir ini,” serunya.
Tuhehay mempertanyakan mengapa Pertalite hilang di POM Bensin dan APMS, tetapi Pertalite ada di pengecer di luar Piru. “Ini patut diusut. Kok Pertalite yang adalah BBM bersubsidi ada di Pengecer, tetapi tidak ada di POM Bensin di Kairatu maupun Wailey,” tegasnya
Sebelumnya kritik atas ketidakpedulian Disperindagnaker SBB juga disampaikan salah satu elemen pemuda SBB Kaleb Risaputty. “Kalau jadi ASN tetapi tidak mampu melayani dan mengatasi keluhan masyaarakat lebih baik minta pensiun dini saja,” cibir Risaputty. (RM-06)
Discussion about this post