Dr. M.J. Latuconsina,S.IP,MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensimaluki.id , – Kata itu seakan menyamakan secara global, dimana orang baiklah memiliki otoritas untuk bahagia. Sementara orang jahat tak mungkin bahagia. Sehingga Alphonse Gabriel “Al” Capone (1899-1947), seorang Gangster pembuat minuman keras, kriminal, dan pemeras di Chicago-Amerika Serikat sejak 1920 sampai 1931, tak mungkin bahagia. Begitu pula Kazuo Taoka (1913-1981) seorang Yakuza, yang dijuluki Godfather of Godfather, merupakan bos dari Keluarga Yakuza paling kuat di Jepang pada zamannya, yang mengurusi bisnis illegal, prostitusi, pemerasan hingga penyulundupan senjata sejak 1936 hingga 1978, juga tak mungkin bahagia.
Penegasan itu, disampaikan Anicius Manlius Severinus Boethius (480-524 SM), salah seorang filsuf Romawi, yang memiliki pengaruh penting terhadap filsafat pada akhir era filsafat klasik dan juga awal masa abad pertengahan. Ia lahir di kota Roma sekitar tahun 480. Boethius pernah menjabat sebagai seorang pejabat tinggi di bawah pemerintahan Kaisar Theodoric (418-451 SM). Ia dituduh sebagai pengkhianat lalu dibuang ke tempat pengasingan. Akhirnya, Boethius dihukum mati pada tahun 525. Dia mengatakan bahwa, “..orang jahat tidak mungkin berbahagia”
Pemikiran Boethius, bahwa sejarah adalah suatu roda, yang sering digunakan Boethius dalam tulisannya Consolation. Model ini sangat populer di sepanjang Abad Pertengahan, dan masih sering terlihat sampai sekarang. Pada waktu roda itu berputar, mereka yang mempunyai kuasa dan kekayaan akan berubah menjadi debu; orang-orang dapat bangkit dari kemiskinan dan kelaparan menjadi orang besar, sementara orang-orang besar akan jatuh dengan perputaran roda itu.
Pemikirannya nyaris identik dengan Herodotus (484 SM-425 SM) salah seorang filsuf pada era Yunani kuno. Ia lahir di Halikarnassos, Karia yang hidup pada abad ke-5 SM. Dia disebut sebagai bapak sejarah, karena ia adalah sejarawan pertama yang mengumpulkan bahan-bahan secara sistematis, menguji akurasinya sampai batas tertentu, dan menyusunnya dalam bentuk narasi yang terstruktur. Dia mencoba untuk menyusun gagasan spekulatif mengenai gerak sejarah, yang dilatarbelakangi pemikiran kosmos sentris. Dia mengatakan bahwa, “kehidupan itu sama seperti roda yang berputar, terkadang diatas dan terkadang berada dibawah”.
Seperti dikatakan Boethius“..orang jahat tidak mungkin berbahagia”, tentu ada benarnya. Pasalnya orang-orang jahat sekelas Gangster dan Yakuza meyakni bahwa, kebahagian bisa mereka raih dengan mengumpulkan harta benda sebanyak-banyaknya dengan cara-cara yang illegal. Sehingga meskipun mereka mampu mengumpulkan harta benda sebanyak-banyaknya, ternyata hidup mereka tidak bahagia, lantaran diincar oleh sesama Gangster dan Yakuza untuk membalas dendam. Pada titik ini, tentu kebahagian tidak semata-mata mengumpulkan materi berupa harta benda sebanyak-banyaknya.
Relevan dengan itu, Aristoteles (384-322 SM) seorang filsuf Yunani, lahir di Stagira, (*)
Discussion about this post