Referensimaluku.id.Ambon-Tanggal 3 Agustus 2010, sewaktu puncak acara “Sail Banda” di Pelabuhan Yosafat Ignatius Soedarso, Ambon, Maluku, yang dihadiri langsung Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, nyanyian kidung nasional “Indonesia Tanah pusaka” dari kerongkongan bariton-nya naik mendayu, menghibur sekaligus menghipnotis tamu undangan dari Jakarta.
Tampil berciri khas topi beretta-nya bersama jas bercorak tenun tanimbar, lengkingan “Dari ujung Banda Aceh sampe tanah Papua, kita semua bersaudara” naik seiring lincah jemarinya bermain dituts-tuts keyboardnya.
Penampilannya sampai membuat presiden SBY terkagum-kagum dan memberi aplaus sewaktu ia masih bernyanyi.
Presiden SBY sudah ke mana-mana dalam berbagai acara dan persembahan nyanyian, namun baru kali ini orang nomor satu Republik Indonesia itu menemukan suara berat laki-laki yang hampir mirip mendiang Broery Marantika/Pesolima.
Tak lama setelah itu, lelaki kelahiran 4 Juni 1940 ini diundang bernyanyi di istana negara oleh Presiden SBY yang juga suka menyanyi bahkan sampai bikin album.
Jauh sebelum “Sail Banda 2010”, di Baileo Siwalima karang panjang Ambon semua kami yang menghadiri acara pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) KNPI tahun 2009 terkagum-kagum padanya yang waktu itu tampil membawakan syahdu kidung lawas “Loving You Was Easier”, sebuah lagu yang identik dengan Broery Marantika/Pesolima dalam album “before you go”, namun hari itu demikian syahdunya membuai kami sewaktu bekas pegawai Universitas Pattimura Ambon ini menyenandungkannya.
Sejarah politik nasional mencatat, Indonesia tanah pusakanya /kita semua bersaudara miliknya sempat menjadi lagu untuk iklan kampanye nasional Partai Golkar Tahun 2014 sewaktu partai berlambang pohon beringin ini dipimpin Aburizal Bakrie.
Sampai akhir hayatnya mungkin belum ada penyanyi lain yang mengambil rekor MURI kategori Penyanyi laki-laki tertua yang membawakan 30 lagu non-stop dari tangannya. Torehan ini tercipta tahun 2007 di Ambon, dan diberikan langsung Jaya Suprana selaku ketua Museum Rekor Indonesia.
Dalam awal tahun 2022 ini, Maluku sudah kehilangan dua orang penyanyi kaliber beda generasi, yakni Biduanita Jois Pupela serta Biduan opa Zeth Lekatompessy.
Saya percaya bahwa dari ujung Banda Aceh sampe tanah Papua tetap ingat pada merdu suara opa Zeth, setiap kali mata saya lihat topi beretta bukan cuma pelukis fenomenal Basuki Abdullah yang saya kenang namun opa Zeth juga saya kenang.
Selamat Jalan Biduan Legenda, “sio mama” english version-mu, “Lets sing Ambon manise”, dan “Hitam kuli kanari” akan terus bikin beta bacari-cari seperti Dua Sabahat Lama Berjudul Tongkatlah Aku Tuhan yang engkau Cari sejak masa mudamu.
Opa Zeth lekatompessy dalam keabadian di Sorga Baka. Rest in Peace, Tenanglah dalam damai Opa Zeth. (Hesky Lesnussa).
Discussion about this post