Referensimaluku.Id.Ambon-Di Maluku, kita sering mengenal Pahlawan-pahlawan yang punya nama-nama besar, seperti Thomas Matulessy, Said Perintah, Anthony Rhebok, Philips Latumahina, Martha Christina Tiahahu bahkan sampai dengan Luckas Selano dan Arong Lisapaly sebagai pahlawan Nasional yang punya jiwa kesatria yang gigih dalam melawan Penjajah Belanda.
Namun, perlu diketahui selain nama-nama besar tersebut, kita lupa bahwa ada pejuang-pejuang lain yang memiliki kegigihan dan konsistensi untuk melawan Belanda. Salah satunya Upu Latu Hunitetu di Kabupaten Seram Bagian Barat, Kamahati Lattu beserta Permaisurinya.
Dikisahkan Kamahati Lattu bersama masyarakat Honitetu melakukan perlawanan terhadap Belanda dalam kurun waktu 1901 – 1920 sebelum beliau ditahan bersama permaisuri kemudian dibuang ke Semarang, Jawa Tengah dan meninggal di sana. Hingga kini makam keduanya belum ditemukan.
Kisah tragis perjuangan Kamahati Lattu bersama masyarakat Nudwasiwa (Nama Adat Negeri Honitetu) berakhir karena mereka terbuai rayuan licik Belanda untuk melakukan Diplomasi di Desa Kairatu, Seram Barat.
Pada saat Upu Kamahati Lattu bersama Permaisuri melakukan perundingan di Kairatu kemudian beliau bersama Permaisurinya ditawan kemudian diasingkan ke Semarang hingga sekarang.
Ketika sekolah, kita diajarkan di dalam buku-buku sejarah seolah-olah hanya Thomas Matulessy dan Martha Christina Tiahahu sebagai ikon dan tokoh tunggal dalam perjalanan sejarah melawan penjajah di Maluku. Namun, nama-nama seperti Upu Kamahati Lattu hanya kita temui dalam cerita-cerita rakyat. Padahal, kegigihan, kesatriaan, sikap patriotisme dan aksi heroik seperti ini semestinya diceritakan dan dikisahkan dalam buku-buku sejarah untuk mengajarkan kepada generasi muda tentang bagaimana leluhur mereka punya kontribusi dalam menyelamatkan masyarakat Seram dari belenggu Penjajahan. (RM-07)
Discussion about this post