Referensimaluku.id , – Suatu hari di Kota Makassar, Sulawesi Selatan menunggu kawan-kawan asal Ambon, untuk bertemu di warung coto sop saudara di Jalan Tentara Pelajar, yang lokasinya berada tidak jauh dari Pelabuhan (Port) Makassar di Jalan Nusantara, lantaran memastikan titik warung coto sop saudara yang dimaksud, saya pun mengklik google maps di handphone. Saya akhirnya menemukan posisinya, dimana tidak jauh dari warung yang terletak di Jalan Tentara Pelajar itu terdapat Jalan Tanimbar.
Barulah saya tahu di Kota Anging Mamiri ini mengabadikan Kepulauan Tanimbar di Maluku sebagai nama jalannya. Jalan ini berada diwilayah administratif Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo. Ini baru satu nama jalan saja dari enam ruas jalan yang memiliki identitas, yang terkait dengan Pulau dan fam di Maluku. Lima ruas jalannya berikutnya yakni : Jalan Gunung Nona, Gunung Salahutu, Banda, Buru dan Jalan Yoseph Latumahina. Begitu juga salah satu Rumah Sakit (RS) besar dan tertua di Kota Makassar, juga memiliki identitas yang terkait dengan salah satu fam di Pulau Saparua, Maluku yakni, RS Pelamonia.
Terlepas dari itu, jalan yang populer dari semua jalan itu adalah Jalan Gunung Nona, merupakan gunung yang berada di Pulau Ambon (Leitimur), yang diabadikan sebagai nama jalannya di Kota Daeng itu. Jalan ini berada di wilayah administratif Kelurahan Pisang, Kecamatan Makassar. Jalan ini kebanyakan didiami orang-orang Ambon sejak dahulu kala. Kata sopir grap dalam dialeg Makassar kepada saya, “di Gunung Nona mi banyak orang Ambong, tapi ada sebagiang sudah jual rumah dan tanahnya ki pak.” Saya tidak mengecek lagi apa benar demikian, tapi itu kata sopir grap yang mengantarkan saya ke seputaran Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan itu.
Berikutnya Jalan Gunung Salahutu, juga merupakan gunung yang berada di Pulau Ambon (Leihitu) yang diabadikan sebagai nama jalannya di Kota Anging Mamiri itu. Jalan ini berada di wilayah administratif Kelurahan Barana, Kecamatan Makassar. Jalan ini dikenal dengan empat tempat ibadah yakni ; Vihara Girinaga, yang berhimpit satu lokasi dengan tempat peribadatan Gereja Toraja Mamasa Jemaat Moria Klasis Makassar. Sekitar 200 meter ke arah utara terdapat Gereja Isa Almasih Makassar Barat, dan di arah timurnya ada mesjid Mardekaya. (Noesa, 2015).
Adapun Jalan Banda juga merupakan nama dari Kepulauan Banda di Maluku, yang turut diabadikan pula sebagai nama salah satu jalan di Kota Makassar. Jalan ini berada pada wilayah administratif Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, yang pararel dengan Jalan Buru. Jalan Banda merupakan kawasan pertokoan elektronik, dan bangunan diselengi sedikit rumah makan serta hotel. Hal ini lantaran jalan ini berdekatan dengan Port Makassar, salah satu pelabuhan terbesar di kawasan Indonesia timur.
Selanjutnya Jalan Buru adalah nama dari Pulau Buru di Maluku, yang dikenal dunia lantaran menjadi tempat buangan para narapidana politik (napol) bagi mereka pengurus, anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) sejak tahun 1969 lalu. Jalan ini berada pada wilayah adminsitratif Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, yang pararel dengan Jalan Banda. Jalan Buru merupakan kawasan pertokoan elektronik, bangunan, mebel dan apotik, yang diselengi beberapa café.
Begitu pun Jalan Yosep Latumahina mengabadikan salah satu tokoh dari Anggota Pengurus Dewan Kristen Celebes asal Lease, Maluku. Hal ini dipaparkan Masita (2017 : 39) dalam karya akademiknya berjudul : “Perlawanan Terhadap NICA dan Eliminasi Orang-Orang Pro NICA di Palopo dan Sekitarnya 1946-1950”. Ia menyentil figur ini dimana menyebutkan Latumahina merupakan anggota Badan Pusat Keselamatan Rakyat (PKR). PKR dibentuk Dr.G.S.S.J Ratulangi pada Oktobert 1945 dalam merespons kehadiran Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA) yang memboncengi tentara Australia di Makassar.
Di PKR posisi Latumahina adalah anggota mewakili unsur Anggota Pengurus Dewan Kristen Celebes. Sementara posisi Ketua : Dr.G.S.S.J Ratulangi, Sekretaris W.S.T. Pondaag, Anggota Lanto Dg. Pasewang (Wakil Ketua Komite Nasional Indonesia, Sulawesi), H. Mansur Dg Tompo (Ketua Djamiah Islam Selebes), Inchi Mohammad Saleh Dg. Tompo (Wakil Golongan Pamong Praja), Makki (Wakil Golongan Buruh), H. Sewang Dg. Moentoe (Ketua Muhammadiyah Sulawesi), dan Sam (Kepala Bagian Pendidikan Pusat Keselamatan Rakyat).
Letak Jalan Yosep Latumahina berada pada wilayah administratif Kelurahan Maloku, Kecamatan Ujung Pandang. Jalan ini berada tidak jauh dari kediaman pribadi mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla di Jalan Haji Bau. Jalan Yosep Latumahina merupakan jalan yang tidak terlampau panjang, paralel dengan Jalan Arief Rate, yang terdapat sejumlah jajanan kuliner pada warung-warung diruas jalan ini, dimana melewati jalan ini bisa menembus Jalan Somba Opu yang merupakan kawasan Pantai Losari objek wisata populer di Kota Daeng itu.
Terakhir RS Pelamonia mengabadikan nama Letanan Kolonel (CKM) dr. Eduard Ernst Pelamonia asal Pulau Saparua, Maluku. Ia merupakan dokter tentara, dimana merupakan perwira militer pertama yang menjabat sebagai Direktur Pusat Pendidikan Kesehatan Lapangan Angkatan Darat disingkat PPKL-AD di Cililitan Jakarta pada tahun 1952 lampau. RS ini berada di Jalan Jenderal Sudirman, yang merupakan pusat Kota Makassar.(wikipedia.org, 2021).
Penggunaan Pelamonia sebagai nama RS ini seiring dengan berubahnya Tentara dan Territorium (TT) VII menjadi Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST) pada 1 Juni 1957, yang kemudian berubah nama menjadi Kodam XIV Hasanuddin, dimana Rumah Sakit Tentara (RST) TT VII menjadi Rumkit KDMSST kemudian berumaha nama lagi menjadi Rumah Sakit Kodam XIV/Hn “Pelamonia”. (rumkitpelamonia.id, 2021).
Masih banyak lagi fasilitas publik di kota yang berada di Celebes Island ini, yang mengabadikan identitas Maluku, namun baru diketahui sebatas jalan dan rumah sakit saja, untuk mengetahuinya maka tentu perlu dieksplorasi lebih jauh lagi. Sebagai warga Maluku, kita patut berbangga dan memberikan apresiasi, dimana terdapat sejumlah nama pulau dan marga yang diabadikan pada sejumlah fasilitas publik di Kota Makassar. (M.J. Latuconsina).
Discussion about this post