Referensimaluku.Id.Ambon-Mungkin hanya di Maluku paradigma pembinaan olahraga diputarbalikkan. Jika di daerah-daerah lain di Indonesia bahkan mungkin di seluruh dunia atlet diperlakukan bak “Raja” dan ”Ratu” atau “Pangeran” , hal itu diperlakukan terbalik di Maluku.
Di daerah ini pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Maluku justru memperlakukan diri mereka bak “Sultan” dan “Pejabat Kerajaan”. Bukti awal honor atlet di Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) PON XX 2021 Papua diberikan Rp.2,8 juta per bulan, tetapi honor pengurus KONI Maluku berkisar Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta.
Ironisnya, saat di Papua, atlet dan ofisial menginap di rumah kontrakkan dan penginapan serba murah, tetapi pengurus KONI Maluku enak-enakkan tidur di hotel berbintang di ibu kota Papua itu.
Pengikut dalam kontingen Maluku di PON XX Papua tak lebih “barisan tukang baronda” dan “tukang bafoto” yang memanfaatkan momentum PON untuk meraup sesuatu di luar tujuan mulia memulihkan mental atlet yang ingin berlomba atau bertanding. “Mentalitas kompeni” begitu terpatri di benak pemangku kepentingan olahraga Maluku. “Kutok voor kamong!”. (RM-02)
Discussion about this post