Referensimaluku.id.Ambon– Dia antara seluruh atlet cabang bela diri Maluku yang tampil di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 Papua, Rolando Bryan Samloy relatif terbilang usia muda dan baru tampil perdana di panggung olahraga nasional.
Tetapi yang membedakan pemuda Yawuru (Kisar) kelahiran Ambon pada 29 Oktober 2002 dengan atlet-atlet bela diri Maluku lainnya di PON XX Papua adalah rival (lawan) yang dihadapi di partai awal. Olan,begitu putra sulung Juliana Agustina Samloy (Guru SMA Negeri 4 Ambon) langsung bersua juara dunia kadet asal DKI Jakarta Muhammad Uchida Sudirman.
Hanya pengalaman atau jam terbang yang membedakan kedua petarung ketika tampil di arena Muaythai Gedung Olahraga (GOR) STT GIDI Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa (28/9) siang waktu setempat. Uchida menang karena pengalaman dan strategi apik yang dia terapkan.
Samloy menunjukkan betapa nyali atau keberanian mampu berhadapan dengan pengalaman. Perbedaan dua sisi rivalitas ini yang menyajikan pada ronde pertama Uchida setidaknya merasakan gempuran tendangan-tendangan dan pukulan bertubi-tubi Samloy yang sukses menggiring dan menyudutkan dia ke sudut ring.
Uchida sempat kelabakan di ronde pertama. Tapi dia bangkit lalu menang di dua ronde sisa. Meski kalah angka di laga krusial itu, tetapi Samloy mengaku bangga bisa meladeni serangan demi serangan rival berat macam Uchida. “Beta kalah karena masih kurang pengalaman dan strategi,” ungkap Samloy seusai berlaga kepada referensimaluku.id langsung dari Papua.
Samloy menegaskan PON XX Papua memberi banyak kisah dan pengalaman berharga bagi dirinya untuk lebih giat berlatih dan dapat mengukir prestasi di PON XXI 2024 NAD-Sumatera Utara. “Pulang dari sini Beta akan siapkan diri lebih baik lagi,” tekadnya. Ibunda Rolando, Juli tidak menyesal anaknya belum berhasil lolos ke babak berikut dari arena Muaythai PON XX Papua, sebab lawan yang dihadapi putranya punya nama besar di muaythai Indonesia dan Asia bahkan dunia.
“Awalnya saya tegang juga nonton anak saya bertanding dengan lawan yang juara dunia kadet. Tapi saya bangga anak saya berani tampil percaya diri dan bisa memberikan perlawanan berarti bagi lawan. Ini hanya soal pengalaman dan kurang strategi.
Tapi masih ada PON berikut. Mudah-mudahan ini lebih memotivasi anak saya untuk berlatih lebih keras lagi,” tutup Juli. (RM-03)
Discussion about this post