Referensimaluku.id.Ambon-Ini adalah tulisan yang diangkat dari analisa wartawan olahraga senior Yesayas Oktavianus tentang regulasi Liga 1 PSSI dengan menganalisa pergantian pemain PSIS Semarang saat bertandang ke markas Persija Jakarta, Minggu 12 September 2021. Dituliskan oleh Suharto Olii, wartawan spesialis sepakbola,Yesayas mengungkapkan “Beberapa bulan lamanya saya tidak menulis dinamika persepakbolaan nasionaldengan berbagai permasalahannya, mulai dari terhentinya kegiatan kompetisi stratatertinggi akibat pandemi covid-19, persiapan timnas senior, dan persiapan timnasU-19 ke Piala Dunia U-20 tahun 2023”.
“Saya tergelitik menulis lagi, karena di media sosial pekan ini muncul pro-kontra dikalangan komunitas sepakbola nasional tentang keputusan Komisi Disiplin (Komdis)PSSI dengan keputusannya atas kejadian pergantian pemain dalam pertandingan Liga1 antara Persija Jakarta versus PSIS Semarang, Minggu (12/9/ 2021)”.
Dalam pertandingan tersebut, PSIS Semarang melakukan empat kali pergantianpemain dari seharusnya tiga kali (ini tidak termasuk jika ada pergantian pemain diwaktu istirahat/jedah).Kasusnya dibawa ke Komdis, dan hasilnya Komdis tidak melihat adanya pelanggaran regulasi yang dilakukan PSIS Semarang.
Sebaliknya, Komdis memutuskan adanya keteledoran dari perangkat pertandingan yaitu komisi pertandingan, wasit cadangan, general koodinator, dan panitia pelaksana yang kurang cermat.Komdis lalu menyerahkan kepada Komisi Wasit untuk mengambil keputusan dan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Keputusan Komdis sudah jatuh, dan suka atau tidak, semua pihak terkait harus menerima. Apalagi sebuah keputusan selalu tidak bisa menyenangkan semua pihak.Namun, apakah peputusan itu sudah sesuai peraturan, ini yang menjadi persoalan, dansempat ramai diperbincangkan di kalangan dan komunitas sepakbola nasional. Tiga kali kesempatan”Saya bukanlah penggemar Persija, pencinta PSIS atau pengagum PSSI. Yang pasti, saya adalah pencinta kebenaran, sesuai dengan fakta dan dalil”.
“Dalam kasus di atas, mari kita mulai menyorot dengan dalil peraturan yang berlaku. Saya tidak perlu mengutip peraturan, tetapi mencoba menyederhanakan saja sehingga kita lebih mudah memahaminya”.Dalam peraturan pertandingan yang dianut dan diakui PSSI, hanya diperbolehkan melakukan pergantian pemain sebanyak lima orang, dengan tiga kali kesempatan dalam permainan.Ada satu kesempatan pergantian pemain lagi, dan ini tidak berlaku/terhitung dalam tiga kesempatan dalam 2 x 45 menit permainan, yaitu di saat istirahat/jedah.
Implementasinya di lapangan, setiap tim dapat melakukan pergantinan pemain di kesempatan pertama dengan sekaligus lima pemain langsung, atau empat pemain, atau tiga pemain, atau dua pemain, atau satu pemain di menit yang sama.Tentu tergantung kebutuhan saat itu. Jika sudah menggunakan pergantian lima pemain langsung di kesempatan pertama, maka tim tersebut sudah tidak punya hak lagi untuk melakukan pergantian di kesempatan kedua atau ketiga.
Sebaliknya, jika di kesempatan pertama baru melakukan pergantian satu pemain, maka masih ada sisa empat pemain yang bisa dimasukan di dua kesempatan berikut, ditambah satu kesempatan waktu jedah.Begitulah seterusnya sampai usai jatah lima pemain diganti, jika memang perlu. Nah, bagaimana dengan pergantian pemain PSIS Semarang yang dilakukan dalampertandingan hari itu? Fakta di lapangan, PSIS telah melakukan empat kali pergantianpemain dalam 45 menit kedua pertandingan dengan masing-masing menit yangberbeda. Ini jelas melanggar regulasi.Apakah ofisial (manajer dan pelatih) PSIS tidak menyadari hal itu? Atau mereka tidak mengerti dan menafsirkan peraturannya dengan benar? Atau di kesempatan keempat pergantian pemain pada menit ke-89 (mungkin ini yang kita orang luar tidak tahu), sudah ada komunikasi antara ofisial PSIS dengan perangkat pertandingan tentang boleh tidaknya pergantian itu dilakukan.
Itu sebabnya, mengapa Komdis tidak melihat adanya pelanggaran dilakukan oleh PSIS. Tetapi keteledoran telah dilakukan oleh perangkat pertandingan. Untuk asumsi di atas, bahwa jika memang sudah ada komunikasi antara PSIS dan perangkat pertandingan, bukan berarti juga bahwa PSIS lolos dari hukuman.Bagaimanapun, mereka seharusnya sudah paham betul tentang regulasi pergantianpemain tersebut. Ini sama saja, mencoba mengambil kesempatan dalam kesempitan. Keputusan Komdis sudah jatuh dan bersifat final. Tentu, ada yang kecewa, ada yangtersenyum.
Itulah dinamika sepakbola. Suporter dan mungkin seluruh bangsa Inggris mengeluarkan sumpah serapah kepadaDiego Maradona dan wasit yang memimpin pertandingan Inggris vs Argentina diPiala Dunia Meksiko 1986. Tetapi keputusan wasit sudah mensahkan gol “tanganTuhan”Maradona ke gawang Inggris yang membuat kiper Peter Shilton tidak tidurnyenyak selama berbulan-bulan, mungkin saja.Keputusan Komdis PSSI sudah jelas ngawur, tetapi tetap sah. Pihak-pihak terkaitterimalah dengan lapang dada. Itulah PSSI, kompak melakukan kesalahan berjamaah!.
Refleksi untuk Liga 3 Zona Maluku.
Sebagian pengamat sepakbola Maluku juga melihat ada kesalahan dalam pergantian pemain di laga antara Tulehu United versus Maluku United di mana pelatih Maluku United memasukan dua pemain pengganti sekaligus di tengah berlangsungnya babak kedua, Jumat (24/9/2021).
Maluku United melakukan pergantian pemain sebanyak dua kali di babak pertama dan tiga kali di babak kedua.
Namun, sayangnya, kubu Tulehu United tidak mengajukan keberatan ke Komdis Asosiasi Provinsi PSSI Maluku.
Kejadian serupa juga terjadi pada laga antara Maluku FC menjamu Binatama Bupolo FC, Sabtu (26/9) di mana Maluku FC melakukan empat kali pergantian di babak pertama satu kali dan di babak kedua tiga kali.
Lagi-lagi kubu Binatama Bupolo tidak mengajukan protes. Itu artinya pengawas pertandingan, pelatih dan manajer belum sepenuhnya memahami regulasi Liga 3. (RM-03/RM-04)
Discussion about this post