Referensimaluku.id ,- “Raihlah ketinggian, karena bintang-bintang tersembunyi dalam jiwamu. Bermimpilah dalam-dalam, karena setiap impian mengawali tujuan.
“***
Demikianlah kata-kata bijak dari Pamela Vaull Starr, yang sebenarnya identik dengan impian saya akan masa depan. Doktor adalah cita-cita di masa kecil, tatkala saya masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar (SD), saat itu belum terpikir oleh saya akan menggunakan instrument apa untuk menggapainya.
Namun seiring perjalanan waktu, tatkala berada di bangku kuliah pada semester lima impian meraih gelar Doktor dimantapkan dengan cita-cita menjadi seorang dosen di Perguruan Tinggi (PT), dimana akademisi juga merupakan cita-cita saya selain menjadi jurnalis dan diplomat. Pasalnya melalui pengajar di PT sangat mungkin tercapai tujuan muliah masa depan tersebut, selain melalui jalur birokrat atau profesi lainnya sepanjang memiliki tekad, kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan kapasitas finansial yang memadai untuk mensupport studi S3.
Untuk mencapai gelar Doktor terlebih dahulu harus meraih gelar S1 dan S2. Suatu hari di tahun 2000 mengantarkan seorang teman yang telah selesai studi S1 Ilmu Pertanian di Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Hasanuddin (Unhas), untuk menandatangani lembaran pengesahan skripsinya. Di tengah menunggu dosen, saya yang belum selesai studi S1 Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unhas mengatakan dihadapannya akan melanjutkan sekolah S2. Ia balik berkata remeh dalam logat Jakarta sambil menggoyang jari telunjuknya didepan wajah saya, “kasihan de lu S1 aj belum selesai kok mau lanjut S2 mimpi kali ye.
”Perkataan saya dihadapan kawan, yang dianggap enteng itu ternyata benar-benar terwujud, tahun 2001 saya selesai kuliah S1. Empat tahun berselang masuklah saya menjadi dosen Fisipol Universitas Pattimura (Unpatti), lantas dua tahun kemudian berangkatlah saya ke Yogyakarta untuk menempuh magister Ilmu Politik di Universitas Gadja Mada (UGM). Suatu waktu teman saya itu sudah di Kalimantan, dan menelpon saya, saya katakan lagi studi S2. Dia hanya takjub, tidak menyangka perkataan saya akan benar-benar direalisasikan.
Usai kuliah magister Ilmu Politik di UGM di tahun 2008 lalu, sebenarnya saya sudah memiliki tekad untuk melanjutkan pada Program Doktor Ilmu Politik di universitas kebanggaan warga masyarakat Yogyakarta, yang didirikan pada masa revolusi fisik Indonesia itu, namun ditengah jalan memilih balik ke Ambon untuk mengabdi di Fisipol Unpatti, yang telah mengirimkan saya untuk melanjutkan studi S2 di Kota gudeng itu.
Harapan untuk kembali melanjutkan studi S3, pada universitas yang pernah dipimpin Prof. Dr. Ir. Herman Johanes (1961-1966) itu tak pernah pupus. Tapi rupanya rombongan kawan-kawan saya dosen Fisip Unpatti di penghujung tahun 2013 lalu mengajak kuliah di Program Doktor Administrasi Publik di Universitas Negeri Makassar (UNM). Ajakan itu saya ikuti, meski harus mengurungkan rencana kuliah di Program Doktor Ilmu Politik UGM. Bagi saya mereka yang mengajak saya adalah orang-orang baik, yang akan mengantarkan saya pada kebaikan dan kesuksesan.
Melintas ilmu pengetahuan (science) dari Ilmu Politik ke Ilmu Administrasi Publik, tak mengecilkan hati, walaupun saya kuliah S3 Ilmu Administrasi Publik, tapi disertasinya tentang strategi pemenangan partai politik dalam Pemilu, dimana warna Ilmu Politik ada disana. Hanya saja aspek manajemen dari sisi Ilmu Administrasi Publik, yang dilihat dalam strategi pemenangan partai politik pada pesta demokrasi nasional di Kota Ambon. Sebenarnya mirip Prof. Firmanzah, S.E., M.M., M.Phil., Ph.D, dimana karyanya melintas ilmu pengetahuan, dengan menggunakan pisau analisis Ilmu Manajemen kedalam ranah Ilmu Politik melalui pemasaran politik.
Sejak pertengahan 2014 bersama para sahabat di Fisipol Unpatti dan beberapa dari luar kampus kuning itu memulai kuliah S3, sebagian besar menuntaskannya pada tahun 2018 lampau. Hanya tersisah kami berlima, seakan lama kuliah yang saya jalani, maklum tidak memiliki kesempatan yang lapang, lantaran kesibukan diluar fakultas. Kerap juga perasaan saya seperti yang di ungkapan Pimpinan Tibet Dalai Lama XIV Tenzin Gyatso, saat menjalani masa-masa kuliah yang terlampau lama itu bahwa, “aku menemukan harapan di hari-hari terkelam, dan fokus pada hari-hari tercerah.”
Harapan di hari-hari terkelam itu bisa saya lewati dan berganti menjadi hari-hari tercerah, tatkala pada hari ini Jumad, 24 September 2021 saya bisa menuntaskan kuliah pada Program Doktor Administrasi Publik di kampus orens kota anging mamiri. Akhirnya saya benar-benar menjadi seorang dengan gelar Doktor dalam bidang Ilmu Administrasi Publik, dimana tertuliskan didepan nama saya beserta titel S1 Ilmu Pemerintahan dan S2 Ilmu Politik, yang bertengger di belakang nama saya, sehingga menjadi DR. M.J. Latuconsina, S.IP, MA.
Kini, ada rasa percaya diri (confidence) dari sebelumnya belum slesai S3 tapi sudah dipanggil Doktor oleh para sahabat, bagi saya itu melampaui takdir Ilahi. Mengakhirinya saya ucapkan terimah kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, kakak, adik beserta istri saya dan kedua putri cantikku Aliza Zelandia, dan Mariskova Irlandia. Begitu pula Keluarga Besar Latuconsina, Talaohu, Elly-Hataul, Tuasikal, Salampessy, Tuanaya, Rengifurwarin, Malawat, Elake dan Setitit. Serta tak lupa pula berbagai pihak secara kelembagaan dan pribadi yang tak bisa disebutkan satu persatu nama mereka, yang memberi support dalam penyelesaian studi S3 saya. Semoga Allah SWT membalas budi baik mereka, amien. (+)
Discussion about this post