Referensimaluku.id.Ambon-Dunia tinju Nasional tak akan mungkin melupakan dua marga asal Maluku, yakni keluarga Van Room dan keluarga Thomas. Kedua keluarga ini telah mengharu biru dunia pertinjuan amatir dan profesional nasional selain keluarga Bahari dari Bali pada dekade 1970an, 1980an hingga awal 1990an.
Masa keemasan kedua keluarga itu mungkin telah berakhir, namun prestasi dan pengabdian keluarga Van Room dan keluarga Thomas akan selalu dikenang Pengurus Besar (PB) Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) dan Pengurus Provinsi (Pengprov) Pertina Maluku dan semua itu telah dipatrikan dengan tinta emas.
Kini muncul marga-marga lain asal Maluku yang menggemparkan tinju amatir di pentas Pekan Olahraga Nasional (PON). Sebut saja diawali dari marga Tibalimeten, Lumoly, Makarawe asal Kabupaten Seram Bagian Barat, dan keluarga Alfons asal Dusun Tuni, Desa Urimessing, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon. Dari keluarga Alfons kini telah lahir dua satria di atas dan di luar ring. Di luar ring berdiri Alberto Alfons, dan di atas ring beraksi adiknya Gresty Alfons.
Alberto adalah mantan petinju Maluku yang meraih emas Arafura Youth Games di Darwin, Australia, pada awal 2000an. Dari situ atas rekomendasi Welem Gommies, juara Asian Games 1972 Bangkok dan jawara Asian Games 1979 Bangkok, Alberto terbang dan berlatih di Kuba, Karibia Utara.
Kuba sendiri diakui dunia sebagai “kawah candradimuka” petinju-petinju hebat yang kerap menjuarai Olimpiade-olimpiade. Alberto melanjutkan misi “kompatriotnya” terdahulu yang sudah merasakan atmosfer tinju di Kuba yakni Bara Gommies, Mekson Barataman, dan David Isikiwar. Kuba merupakan negara sosialis satu partai Marxisme-Leninisme bermoto:”Patria o Muerte, Vinceremos!” (“Tanah Air atau Mati, Kita akan Berjaya!”).
Harapan “Om Wiem” (sapaan Wellem Gommies) kepada Alberto adalah dia menjuarai Sarung Tinju Emas (STE) 2005- 2007 dan PON XVII 2008 Kalimantan Timur (Kaltim) untuk Maluku. Namun, impian “Om Wiem” sirna karena Alberto secara diam-diam “membelot” ke Bogor, Jawa Barat (Jabar).
Aura duka di kubu tinju Maluku kian mengental setelah mantan atlet tinju Maluku Yongki Tibalimeten sukses merebut emas kelas 60 kg putra untuk Jabar di PON XVII 2008 Kaltim. Pengalungan medali untuk Yongki dilakukan Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf di depan Wali Kota Ambon Markus Jacob Papilaya. Bagai disemprot aroma busuk ketika Titus Tibalimeten membawa pulang emas kelas 75 kg putra untuk DKI Jakarta juga dari PON XVII 2008 Kaltim. Untung saja saat itu Alberto tak diizinkan membela Jabar. Kalau tidak betapa malunya Pengprov Pertina Maluku yang dinakhodai Papilaya.
Desas-desus dihembuskan membelotnya Alberto karena jaminan masa depan dan “tarikan gemulai” Neng Geulis, “Nona” Sunda. Kini Alberto datang membawa Panji kebesaran Jabar di PON XX 2021 Papua. Kapasitasnya bukan sebagai petarung bergaya “Sugar Ray Leonard” tetapi pelatih tim tinju Jabar. Ada 13 petinju yang diangkut Alberto ke Papua di mana beberapa di antaranya mantan-mantan petinju Maluku, seperti Bram Betaubun, Gracia Kaihatu, Apriyadi Difinubun, Michael Muskitta dan Simon Makarawe. Target Jabar, kata Alberto, adalah enam medali emas sekaligus mempertahankan raihan serupa di PON XIX 2016 Jabar.
Menariknya adik Alberto, Gresty akan membela tuan rumah Papua. Padahal di PON XIX 2016 Jabar, Gresty sukses menyumbang emas untuk tuan rumah Jabar di kelas 60 kg putra setelah di final menaklukkan andalan Papua Ferand Papendangan. Sebuah kisah menarik yang layak menjadi inspirasi bagi petinju-petinju lain di Tanah Air. (RM-02)
Discussion about this post