Referensimaluku.Id.Ambon-Atlet dayung Maluku La Memo tidak mungkin mengeluarkan pernyataan soal pemberian “nasi kotak” jika itu tidak dirasakannya sebagai atlet. Memo sendiri adalah “Superman Rowing Indonesia” yang pernah masuk peringkat 16 Dunia di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, pada 2016 silam. Memo merupakan peraih emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 Kepulauan Riau dan PON XIX 2016 Jawa Barat.
Ketika Memo memberikan pernyataan ke media online ini soal penolakan dirinya jika diberi makan telur, pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Maluku “kebakaran jenggot” dan mencari pembenaran lantas menuding itu pemberitaan tidak benar (Hoaks). Wakil Ketua KONI Maluku Feri Nahusona menyatakan pernyataan atlet Maluku soal kekurangan makanan tidak benar. “Itu tidak benar,” tepisnya sebagaimana diberitakan salah satu media online Papua, Minggu (19/9). Padahal keluhan soal pemberian nasi kotak juga dialami atlet sepatu roda. Ketua Panpel Sepatu Roda PON XX Papua Yonas Randan Buak mengakui hal tersebut. “Ya banyak makanan yang bau. Ini baru test event. Tolong ini belum PON ya. Apabila PB PON tidak bisa sediakan makanan yang layak biarlah Cabor yang urus ini,” kata Yonas sebagaimana dikutip referensimaluku.id dari TribunPapua.Com, Senin (20/9).
Pemerhati olahraga Maluku Minsen Tenine menilai manajemen KONI Maluku “bobrok” sehingga sejak masih di Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) PON XX di Ambon, Maluku hingga keberangkatan dan tiba di Jayapura, Papua, atlet Maluku masih mengeluhkan makanan. “Seharusnya pengurus KONI Maluku jujur dan menjawab apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan atlet. Bukan sebaliknya menuruti apa yang menjadi keinginan pengurus KONI Maluku,” kecam Minsen ketika dikonfirmasi media online ini, Senin petang.
Minsen menyatakan apa yang diungkap Memo di media online soal kekurangan makanan dan pemberian nasi kotak adalah berita benar dan sesuai fakta. Tapi anehnya, pengurus KONI Maluku berupaya membela diri dengan beralibi apa yang diungkapkan Memo adalah Hoaks. “Setelah saya baca berita soal La Memo dan setelah saya kontak beberapa saudara yang juga jadi atlet di PON XX Papua memang benar karena itu fakta sebenarnya. Lucunya mengapa pengurus KONI Maluku bilang itu informasi tidak benar,” heran mahasiswa Pascasarjana di salah satu kampus di Makassar, Sulawesi Selatan, itu. Di bagian lain salah satu praktisi olahraga Maluku Domi Alexander menuding manajemen KONI Maluku saat ini tak lebih dari “kumpulan orang-orang munafik” dan “gerombolan pembohong” yang pandai bersilat lidah.
“Atlet protes makanan kurang dan tak sesuai, tapi pengurus KONI Maluku bilang itu Hoaks. Mereka bilang berita itu tak sesuai fakta. Memangnya pengurus KONI Maluku yang bertanding dan berlomba di PON XX Papua. Munafik, pembohong,” kritiknya.
Domi menyebutkan untuk melindungi kebohongan pengurus KONI Maluku, melalui Ketua Bidang Humas KONI Maluku Izaack Tulalessy dipilihlah wartawan penulis berita Asal Bapak Senang (ABS) atau Asal Bapak Suka. Salah satunya Delsi Muskitta. “Sejak kapan Delsi jadi wartawan olahraga. Memang dia sudah lama jadi wartawan tapi (dia) bukan wartawan olahraga. Wartawan olahraga kan punya kualifikasi khusus melalui pendidikan dan latihan wartawan olahraga. Istilah yang tepat untuk Delsi adalah “wartawan ABS” karena banyak hal-hal tidak benar terjadi di depan mata tapi tidak berani dimuat. Jangan jadi wartawan yang menipu hati nuraninya,” kritiknya. Domi juga mengecam ketubid Humas KONI Maluku sebagai “pembohong” dan tipikal orang “munafik”.
“Perlu diketahui KONI Maluku itu bukan perusahaan pribadi pengurus KONI Maluku atau ketubid Humas KONI Maluku sampai berani menunjuk anak buahnya liput di PON XX Papua. Ini bukan soal iri hati atau kaget liput PON, tapi soal tahu diri dan jangan memaksa diri. Harus profesionallah,” tandas alumnus Universitas Pattimura Ambon itu. (Tim RM)
Discussion about this post