Referensimaluku.id.Ambon. Judul di atas adalah tulisan lepas Hesky Lesnussa, anak muda potensial asal Kabupaten Buru, Maluku, mencoba mengenang almarhum Jhon Lesnussa, mantan pesepakbola terbaik yang pernah dimiliki Maluku dan Buru.
Referensimaluku mencoba mendeskripsikan tulisan Hesky di bawah ini. ’’Bila anda pernah dengar cerita tentang kepahlawanan Lesnussa bersaudara dari Fakal membunuh Yanagisawa di Mngeswaen pada Oktober 1943 yang memicu perlawanan Rakyat Buru melawan balatentara Dai Nippon Jepang , maka tidaklah sulit untuk mendeskripsikan salah satu figur terbaik ’’Tanah Bupolo’’ ini di atas hikayat lapangan hijau.
Sebab ia putra kapitan Aras (Danton pertama Kesatuan Brigade Mobil di Maluku -https://m.merdeka.com/…/kisah-heroik-jenderal-jasin…), kepahlawan ayahnya Aras itu turut pula disyairkan seniman Tanah Bupolo Saul Lesnussa dalam sebuah karya lagunya berjudul ’’Kapitan Aras’’.
Bersama temannya Salem Alkatiri yang berdarah Arab kediaman Kota Namlea, Kabupaten Buru, Maluku, Jhon Lesnussa mengadu peruntungan di pentas sepakbola nasional, dan bahkan beberapa kali jadi langganan timnas. Tahun 1979 setelah tampil gemilang sebagai gelandang serang Persija Jakarta di Divisi Utama Perserikatan, Jhon dipanggil Marek Janota gabung timnas Indonesia untuk kejuaraan internasional di Kirin, Jepang. Kiprahnya yang ciamik bersama Persija kembali membawanya masuk timnas Pra Olimpiade 1980 di bawah asuhan pelatih asal Belanda Frans van Balkom.Setelah Persija, Jhon membela Warna Agung dan Pardedetex di kompetisi Galatama atau Liga Sepakbola Utama pada saat awal 1980an. Sebelum tutup usia, Jhon sempat mengambil lisensi kepelatihan AFC dan menjadi pelatih di Indonesia Muda. Sementara rekan sekampungnya, Alkatiri mengalami gangguan jiwa hingga ia kembali ke Namlea dan menua di ’’Kota Kayu Putih’’ itu.
Saya tahu persis sahabat karib saya ’’Bung Rony Zadrach Samloy (akun fesbuk Rony Letelay Samloy , Rony Letelay Samloy) pernah mengangkat kiprah om saya (mendiang Jhon Lesnussa) dalam bukunya berjudul : ’’Kapitan-kapitan Fenomenal (Pemain-pemain Keturunan Maluku di Panggung Sepakbola Indonesia dan Dunia) di lapangan hijau yang bila anda ingin beli buku tersebut maka berkunjunglah ke Lantai 2 Toko buku ’’Dian Pertiwi’’ Ambon, Maluku.
Tak terasa hampir 17 tahun om (Jhon Lesnussa) tenang di keabadian, dan keabadian yang sama di atas pentas kulit bundar Indonesia sudah menorehkan goresannya untuk om (Jhon Lesnussa)’’.
’’Beta selalu bangga padamu om, karena dengan semangatmu yang tiada mengenal padam itu segala yang tak mungkin akhirnya menjadi kenyataan yang gemilang. Menjadi cerita indah dalam lembaran sejarah yang sampai saat ini tak seorangpun di tanah ini sanggup menorehkannya, mendekatinya bahkan melampauinya’’. (RM-02)
Discussion about this post