Referensimaluku.Id.Ambon– Baru saja kita menyaksikan salah satu drama paling mengejutkan di dunia sepakbola. Lionel Andres Messi yang merupakan legenda hidup FC Barcelona, resmi tidak memperpanjang kontraknya dengan Barca dikarenakan regulasi yang ditetapkan La Liga.
Sebelumnya kedua belah Pihak yakin dengan proses penandatanganan kontrak peraih enam Balon D’or ini. Namun setelah melalui drama yang alot, Barca dan Leo dengan berat hati harus berpisah. Di dalam terminologi akademik, Tesis merupakan pernyataan atau teori yang didukung argumen-argumen untuk dikemukakan, merupakan hasil dari studi yang sistematis atas masalah.
Tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Messi adalah variabel teori yang dapat dibuktikan mengenai kesuksesan kedigdayaan Barca dalam dua dekade terakhir sepakbola. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Messi juga berperan penting sebagai “Anti Tesis” Barca.
Membangun tim untuk Messi merupakan kepingan anti tesis yang pertama. Barcelona mengalami periode suramnya pasca ditinggal para punggawa yang memang jadi variabel pendukung kesuksesan Barcelona dan Messi, Xavi, Iniesta, Busquet, dan Guardiola adalah beberapa sosok yang memengaruhi kualitas intelegensia Messi di lapangan.
Didukung patron “tiki- taka” yang jadi primadona para pecinta sepakbola. Seiring berjalannya waktu, masing masing kepingan itu entah dimakan usia atau pergi, menjadi pekerjaan rumah yang tidak dapat terselesaikan untuk mengganti ataupun sekedar menambal kualitas skuad Barcelona. Diperparah manajemen Barca yang melakukan keputusan ceroboh, di antaranya menjual Neymar, membeli Coutinho dan Griezmann dengan harga selangit, serta penukaran Arthur Melo dengan Miralem Pjianic, Barca sejatinya ingin mereplikasi sosok Xavi dan Iniesta dengan sosok di atas.
Namun, hal itu tidak dapat terwujud. Messi sebagai anti tesis tentang buruknya manajemen Barca dalam menangani permasalahan ego pemain terkait gaji. La Liga sebagai Operator Liga Spanyol memiliki aturan yang membatasi pengeluaran gaji pemain dengan tujuan membuat keuangan Klub tetap sehat.
Sejatinya aturan tersebut memiliki kemiripan dengan Salary Cap-nya Liga Bola Basket NBA. Tujuannya baik, namun hal ini malah diimplementasikan buruk manajamen Barca. Bartomeu (Presiden Barca sebelum Laporta) berani memberikan gaji selangit kepada pemain yang ingin ke Barca dengan mengenyampingkan fakta bahwa pengeluaran terbesar gajinya ini sebenarnya di Messi. Hal ini turut menjadi faktor pendukung anti tesis Messi di Barca meskipun Messi menjadi tesisnya dengan menjamurnya sponsor yang menopang keuangan Klub. Barca dengan pedenya yakin Messi bakal bertahan dengan modal “loyalitas”.
Mereka lupa, Messi bukanlah asli Katalan atau Spanyol. Mereka tidak bisa samakan loyalitas Messi dengan loyalitasnya Totti, Maldini, Gerard, bahkan mantan rekannya Puyol yang memang anak asli kampung sini. Messi adalah seorang ekspatriat yang pada akhirnya harus memahami ada persimpangan yang akan dilalui dalam perjalanan kariernya.
Pada akhirnya semua teori dan anti teori tentang Messi hanya dia sendiri yang dapat menjawab. Messi biar bagaimanapun telah menjadi bukti sahih tak terbantahkan tentang sepakbola menurut dimensinya sendiri. Messi adalah Messi, dan Barca adalah Barca.
Dengan mantap kita bisa sepakat Messi dan Barca memang harus berpisah, namun selamanya Messi dan Barca adalah salah satu contoh terbaik tentang simbiosis mutualisme dua entitas dalam dunia sepakbola. (*)
Discussion about this post