Reerensimaluku.id.Ambon-Manajer Maluku FC Saidna Bin Tahir sesumbar timnya menjuarai kompetisi sepakbola Liga 3 PSSI Maluku pada awal Agustus 2021. Format baru kompetisi liga terendah sepakbola nasional ini meloloskan dua tim ke Regional Maluku dan Maluku Utara. “Sebagai kado bagi fans dan pendukung menutup tahun 2021 kita harus juara atau minimal termasuk dua tim yang lolos mewakili Maluku ke tinggal regional untuk Liga 3,” sahut Saidna menjawab pertanyaan presenter kondang Maluku Zein Anwar dalam dialog bertema:”Sepakbola dan Nama Harum Maluku di Radio Ambon Ekspres (Ameks) di Lantai 2 Graha Ames di Jalan Yosafat Soedarso Ambon, Selasa (27/7).
Dialog berdurasi sembilan puluh menit itu juga menghadirkan Pengamat Olahraga Maluku Rony Zadrach Samloy. Dialog itu terasa spesial bagi Samloy yang selama sepuluh tahun terhitung akhir 2002 hingga medio 2011 berkiprah wartawan dan editor olahraga koran terbesar Maluku itu. “Selamat datang di rumahnya Ameks,” sapa Anwar kepada Samloy.
Saidna mengatakan sejak dilaunching sekitar empat bulan lalu kini sudah ada sekitar 80 ribu pengikut dan fans Maluku FC di media sosial macam fesbuk, instagram dan YouTube. Menurut dia pihaknya terus melakukan terobosan-terobosan atau lonjakan-lonjakan yang bertujuan menjadikan Maluku FC sebagai tim elite daerah ini yang kelak berkiprah di Liga 2 PSSI. “Banyak sponsor nasional dan lokal yang siap membantu Maluku FC. Khusus untuk sponsor dari Jawa mereka ingin bantu kita asal Maluku FC sudah berkiprah minimal di Liga 2 PSSI,” papar anggota DPRD Kota Ambon ini. Saidna menyebutkan Gubernur Maluku Murad Ismael sudah menyatakan siap membantu Maluku FC. “Salah satu cara untuk meyakinkan Gubernur adalah dengan menjadi juara. Kita optimis kalau juara kita akan tagih janji pak Gubernur untuk membantu Maluku FC,” sebutnya.
Saidna menyatakan untuk menjadi juara relatif membutuhkan kerja keras dan komitmen seluruh atas di manajemen klub terutama pelatih dan pemain. “Pemain-pemain Maluku FC rutin berlatih sebanyak 3 atau 4 kali dalam sepekan,” imbuhnya. Selain latihan, lanjut Saidna, pihaknya terus melakukan promosi dan penjualan merchandise Maluku FC. “Salah satu syarat mendapat sponsor ya promosi itu. Setiap waktu kita promosi klub ini ke publik,” lanjutnya.
Samloy mendoakan Maluku FC menjadi salah satu terbaik saat perhelatan Liga 3 PSSI Maluku. “Mari kita doakan agar Maluku FC atau tim mana saja yang kelak menjadi juara Maluku di Liga 3 PSSI dapat menunjukkan ke publik Tanah Air kalau Maluku punya kekuatan luar biasa di sepakbola,” cetus jurnalis dan advokat ini. Samloy menjelaskan selain musik sepakbola merupakan DNA orang Maluku.
“Saya berulang kali wacanakan bahwa Ambon tak hanya menjadi kota musik dunia, tetapi juga kota sepakbola Indonesia. Dari Piala Dunia 1938 di Perancis sudah tampil orang Maluku yakni Izack Pattiwael dan Hans Taihutu meskipun saat itu mereka mewakili NIVU atau PSSInya Hindia Belanda. Selanjutnya dekade Piala Dunia 1990 ada Piere Van Hoijdonk, Piala Dunia 2000an ada Sonny Silooy, Deny Labdsaat, Demmi de Zeew, Mark Van Bommel dan Piala Dunia 2010 ketika Giovanni Van Bronckhorst nyaris angkat piala dunia bersama timnas Belanda.
Banyak pemain-pemain asal Maluku yang pernah membela timnas Indonesia seperti Bertje Matulapelwa, Simson Rumahpassal, Jacob Sihasale, Rony Pattinasarany, Feril Raymond Hattu, Rocky Poetiray, Manahati Lestusen, Rizky Pellu, Alvin Tuasalamony, Abduh Lestaluhu dan lain-lain. Maluku pernah juara Indonesia Piala Medco usia 15 tahun pada 2006 susah menunjukkan kalau sepakbola adalah jati diri orang Maluku. Orang Maluku juga terlahir sebagai pemain sepakbola,” ujarnya.
Samloy menyatakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional ada “tiga tungku” dalam kerangka pembinaan dan peningkatan prestasi sepakbola atau olahraga secara global yakni pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. “Ketiga batu tungku atau tiga komponen ini harus saling bergandengan tangan, perlu keterpaduan peran.
Saya belum melihat komitmen pemerintah dalam menjawab antusiasme masyarakat mendirikan klub. Masyarakat tak butuh retorika pemerintah, harus ada eksekusi. Benar PAD Maluku mungkin tak cukup tapi pemerintah punya kekuasaan merangkul dunia usaha agar menyediakan 0,5 persen dari CSRnya membantu klub sepakbola. Ada ribuan kapal ikan yang mencari di laut Maluku tapi kantor pusatnya di Jakarta. Nah berani tidak pemerintah daerah membicarakan hal ini dengan mengundang dunia usaha yang begitu banyak beroperasi di wilayah Maluku. Mengapa Papua bisa melaksanakan Pekan Olahraga Nasional ke-20 tahun ini dengan meminta PT Freeport membagi sekitar Rp 15 triliun keuntungan bagi pelaksanaan PON Papua meskipun Pemerintah Pusat juga membantu anggaran melalui APBN.
Masalahnya bukan tidak mungkin tapi pemimpin kita di daerah tidak mau saja karena miskin inovasi dan masih menganggap olahraga bukan sektor unggulan. Padahal sepakbola miliki efek domino jika serius dikembangkan profesional dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terutama pemerintah daerah yang punya kekuasaan,” jabarnya.
Mengenai sarana dan prasarana, terang Samloy, saat ini hanya tersisa Stadion Mandala Remaja di Karang Panjang Ambon setelah Lapangan Merdeka dipasangi paving block.”Sudah sejak lama ada usulan swastanisasi Stadion Mandala Remaja di Karpan dengan pembagian hasil 70 dan30 tetapi selalu mentok di pemerintah daerah Maluku. Masyarakat mau gunakan Stadion Mandala Remaja harus berurusan dengan pejabat Biro Perlengkapan Kantor Gubernur Maluku. Kapan mindset berpikir pemimpin kita di daerah ini terbelakang seperti itu.
Sungguh miris memang kalau kita bicara tentang komitmen pejabat-pejabat daerah dalam memajukan sepakbola,” ungkapnya. Samloy menekankan pemerintah daerah tak boleh membiarkan Maluku FC dan klub-klub lokal lain berjalan sendiri. “Klub-klub yang ada harus dirangkul dong oleh pemerintah daerah. Pemimpin yang baik harus melayani rakyatnya,” kunci Wakil Ketua Komisi Disiplin Asosiasi Provinsi PSSI Maluku. (RM-01)
Discussion about this post