Referensimaluku.id.Ambon- Pengelolaan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Maluku dari waktu ke waktu kian memperihatinkan dan penuh “sandiwara”.
Sejauh ini PPLP Sepakbola, Dayung, Tinju dan Atletik Maluku belum dapat berprestasi mentereng di Kejuaraan Nasional antarPPLP dan Pusat Pendidikan dan Latihan Daerah (PPLD) , disebabkan pembinaan yang tidak konsisten dan penunjukkan pelatih dan pemilihan calon atlet dan pemain yang kurang transparan dan tidak mewakili Maluku secara geografis.
Kendalanya terletak pada dukungan dana hibah Pemerintah Provinsi Maluku. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Maluku melalui Komisi terkait kurang responsif mencermati keluhan atlet.
Bayangkan sebuah kejadian pernah terjadi pada saat Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2005 di Medan, Sumatera Utara, di mana atlet pelajar Maluku hanya diganjar uang makan Rp 10 ribu per hari di saat harga satu piring nasi Padang di Medan Rp 12 ribu.
Setelah keluhan atlet Maluku di Popnas Medan dipublikasi media massa cetak Ambon Ekspres barulah anggota-anggota DPRD Maluku bereaksi.
Artinya, fungsi kontrol DPRD Maluku melalui komisi terkait mengenai penggunaan dana hibah olahraga di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Saat ini Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga) Maluku sangat lemah bahkan nyaris tak ada.
Saat ini lebih kurang tujuh bulan terakhir atlet-atlet PPLP Maluku di cabang sepakbola, dayung, tinju dan atletik belum diberikan honor Rp 800 ribu per orang setiap bulan berjalan tanpa konfirmasi pihak Dispora Maluku.
Dalam kondisi pandemi virus korona (Covid-19) tentu honor atlet relatif dibutuhkan . Sudah begitu ada selentingan kabar miring kalau honor yang sedianya diberikan selama tujuh bulan akan dipotong hingga tinggal lima bulan saja tanpa alasan pasti.
Sayangnya pihak Dispora Maluku belum berhasil dikonfirmasi mengenai keluhan atlet-atlet PPLP Maluku tersebut. (RM-03/RM-01/RM-05)
Discussion about this post