Referensimaluku.id.Ambon. Seksi Hubungan Masyarakat (Humas) Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Maluku boleh saja membela mati-matian Ketua Umum KONI setempat dengan gerbong Satuan Tugas (Satgas) PON XX Maluku seraya menulis berita “Asal Bapak Senang” jika wartawan telah memelintir pemberitaan soal pemberian menu bubur menado dipadu ikan asin dan tahu isi selama empat bulan terakhir.
Perlu digarisbawahi kata “memelintir berita” lewat tulisan ini, sebab memicu perdebatan panjang di kalangan praktisi olahraga, pemerhati olahraga hingga pengguna media sosial (netizen).
Pertanyaan awal yang patut dikemukakan di sini adalah “berita apa yang dipelintir?”. Siapa yang memelintir berita tersebut? dan untuk kepentingan siapa berita tersebut dipelintir? Penggunaan frasa “diplintir” menjadi kata kunci jika Humas KONI Maluku tidak berdiri tulus di atas kepentingan atlet dan masyarakat olahraga.
Humas KONI Maluku hanya digunakan sebagai “bemper” dan “kaki tangan” kekuasaan kelompok kepentingan menjadikan KONI Maluku panggung pencitraan dan target meraup materi melalui cara mengeksploitasi suara hati atlet dan praktisi olahraga.
Jika Humas KONI Maluku menuding ada yang sengaja memelintir berita soal pemberian menu makan bubur menado, ikan asin dan tahu isi, maka yang perlu ditegaskan adalah berita yang dipublikasikan itu bersumber dari atlet-atlet yang saban pagi,siang dan malam menikmati kudapan rendahan versi pengurus KONI Maluku.
Pertanyaan berikutnya adalah “Bukankah sudah ada pengakuan seluruh pemangku kepentingan mulai Wakil Gubernur Maluku Barnabas Nataniel Orno selaku Chief de Mission Maluku di PON XX 2021 Papua, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Maluku Sandy Wattimena dan Ketum KONI Maluku Tony Pariela sendiri bahwa benar ada pemberian menu bubur menado, ikan asin dan tahu isi kepada sekitar 40an lebih atlet-atlet persiapan PON XX Papua?”.
Bukankah di hadapan Ketua Komisi IV DPRD Maluku Samson Atapary dan teman-temannya di komisi terkait Welmy Pariama, Novi Sahuleka, Julius Lumoly dan atlet lainnya mengeluarkan isi hati mereka jika selama tiga hingga empat kali keikutsertaan mereka di PON, baru kali ini mereka disuguhi bubur menado, ikan asin dan tahu isi?” Kata Welmy dan kolega, pemberian menu bubur menado, ikan asin dan tahu isi sudah sejak Maret 2021 hingga saat ini.
Itupun disajikan pada waktu makan malam dan makan pagi. Sekalipun di empat edisi PON sebelumnya, 2004 Sumatera Selatan, 2008 Kalimantan Timur, 2012 Kepulauan Riau dan 2016 Jawa Barat, pengurus KONI Maluku sebelumnya tidak diperkuat anggaran besar seperti kepengurusan KONI Maluku saat ini, namun atlet tak diberikan bubur,ikan asin atau tahu isi dalam satu paket.
Ini kesalahan siapa? Tak perlu saling menyalahkan. Yang paling penting di sini adalah kepentingan atlet dan prestasi atlet Maluku di PON XX. Artinya, pengurus KONI Maluku termasuk Satgas PON XX tak perlu lebay atau “membela diri” dan melakukan pembenaran diri.
Pengurus KONI Maluku harus jujur mengakui kesalahan lalu mengintrospeksi diri jika penerapan sistem satu pintu anggaran dengan tujuan efisiensi anggaran justru memakan korban. Siapa korbannya? Ya, tentu atlet dan masa depan olahraga Maluku. Sah-sah saja pengurus KONI Maluku dan Satgas PON XX beralibi jika bubur menado, ikan asin dan tahu isi mengandung nutrisi tinggi.
Tapi di mata atlet, menu tersebut lebih layak dikonsumsi pasien korona (Covid-19) di bangsal rumah sakit. Di bagian lain para netizen juga mengecam pembelaan diri pengurus KONI Maluku.
“Ini Pelatda PON atau barak pengungsian. Atlet kok dikasih bubur. Memangnya tak ada lagi nasi dan menu lebih seimbang lainnya,” kritik para netizen. Para praktisi olahraga Maluku macam Heygel Tengens juga merasa ada yang tidak beres sehingga atlet persiapan PON disuguhi menu bubur menado, ikan asin dan tahu isi. “Ada-ada saja.
Kok atlet dikasih makan bubur. Uang sebesar itu untuk apa. Jangan bikin pengetatan anggaran tapi membunuh mental atlet. Kasihan mereka,” kritiknya. (RM-02)
Discussion about this post