Referensimaluku.id.Ambon, – Ada salah satu oknum anggota Satuan Tugas (Satgas) Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2021 Maluku yang menghendaki dalam tulisannya di fesbuk agar ’’rasa lidah’’ satu atlet jangan sampai mengabaikan selera 80 orang di Wisma Atlet Karang Panjang, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Maluku, menyusul keluhan pemberian makanan bubur menado, ikan asin dan tahu isi selama empat bulan terakhir ini ke atlet. Jarak ke PON XX hanya tinggal empat bulan saja.
Pertanyaannya bukankah hanya lebih kurang 40 puluh atlet saja yang akan terjun di PON XX Papua pada Oktober tahun ini? Artinya, 40 orang sisanya adalah pelatih dan anggota Satgas Pelatda PON XX Maluku. Yang menjadi ’’Raja’’ dan ’’Ratu’’ kan atlet, bukan anggota Satgas apalagi pengurus KONI Maluku. Sekalipun hanya tiga hingga empat atlet yang mengeluhkan pemberian makan bubur menado, ikan asin dan tahu isi, tetapi setidaknya itu sudah mewakili perasaan dan kondisi psikologis atlet dalam persiapan menuju PON XX Papua. Sudah masih banyak atlet yang mengeluhkan serupa, tetapi ada yang takut diteror pelatih dan Pembina cabor. Mungkin ada rasa malu hati ke oknum-oknum pengurus KONI Maluku dan anggota Satgas Pelatda PON XX Maluku. Seyogianya Satgas tak perlu melakukan pembenaran lalu curhat di fesbuk atau media sosial. Bayangkan saja ada sejumlah atlet yang mengungkapkan perasaan mereka begini:’’ Sio mama ee…lebe bae katong makang mama deng katong istri pung makanan di rumah daripada makan bubur, ikan asin dan tahu isi di Pelatda PON XX Maluku’’. Ungkapan satire sejumlah atlet-atlet persiapan PON XX Maluku jangan dianggap cerita lelucon, cerita basi, apalagi berita hoaks oleh Satgas Pelatda PON XX Maluku. Kalau faktanya begitu dan ungkapan hati atlet-atlet seperti itu apakah Satgas Pelatda PON XX Maluku hanya menutup mata, pura-pura tuli, curhat di medsos dan melakukan pembenaran di hadapan Wakil Gubernur Maluku Barnabas Nataniel Orno selaku Chief de Mission Maluku di PON XX Papua. Itu tidak fair. Pembelaan diri oknum-oknum anggota Satgas Pelatda PON XX Maluku di hadapan Pemerintah Provinsi Maluku secara tidak langsung menunjukkan jika karakter feodalistik dan eksklusiv begitu kental melekat di benak Satgas Pelatda PON XX Maluku. Cerita dapat dipersingkat jika mayoritas praktisi olahraga di Maluku hanya mencari popularitas dan keuntungan materi di balik jeritan hati atlet persiapan PON XX Papua. Tentu itu ’’pola kolonial’’ yang masih dipertahankan oknum-oknum pengurus KONI Maluku. Gerbong kepengurusan KONI Maluku disusun berdasarkan kultur dan kelompok kepentingan yang diangkut dari zaman kepengurusan KONI Kota Ambon beberapa periode sebelumnya. Jangan mengambinghitamkan atlet yang telah berlatih keras untuk keharuman Maluku dan Indonesia. Jangan pula menyudutkan peran media massa dalam mengungkap kebenaran dan menyajikan fakta sebenarnya. Fakta bahwa memang atlet dikasih makan bubur, ikan asin dan tahu isi selama lebih dari sebulan. Tuhan Yang Maha Kuasa selalu menguji hati setiap insan yang tulus berbuat bagi kepentingan banyak orang. (RM-02/RM-03/RM-06)
Discussion about this post