Referensimaluku.id.Ambon, – Prahara yang menyelimuti persiapan atlet Maluku menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2021 Papua belum sirna. Semua cerita pahit soal pemberian bubur, ikan asin dan tahu isi telah terpatri menjadi ironi sekaligus satire. Ironi karena anggaran miliaran rupiah yang digelontorkan Pemerintah Provinsi Maluku untuk kebutuhan atlet ke PON Papua tak diimbangi pemberian gizi sepadan kebutuhan gizi untuk menjaga stamina dan berat badan.
Menjadi satire karena ada atlet-atlet yang untuk ketiga kalinya dan bahkan untuk keempat kalinya membawa Panji kebesaran Maluku di PON, baru kali ini diberi asupan bubur, ikan asin dan tahu isi. Tak luput juga diberikan “papeda” panas. Bukan sebuah mitos jika tidak seluruh atlet sedari kecil hingga remaja dan dewasa tidak dibiasakan makan bubur. Bahkan tidak semua atlet pernah memakan sagu yang diseduh air mendidih menjadi papeda.
Sekalipun kecil jumlahnya,tetapi fenomena ini tidak dipedulikan Satuan Tugas (Satgas) Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) PON XX-Maluku bentukkan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Maluku. Semua atlet-atlet diperlakukan sama soal makan dan minum di tengah perbedaan selera.
Padahal masih mendingan nasi, ikan cakalang, ayam, sayur dan buah-buahan. Bayangkan setiap pagi dan malam hari atlet diberi makan bubur, ikan asin dan tahu isi serta papeda, apakah tidak menjadi masalah bagi yang tidak terbiasa makan makanan tersebut. Karena itu, agar tidak terus menahan lapar, ada atlet yang terpaksa membeli nasi Padang diam-diam tanpa sepengetahuan personel Satgas Pelatda PON XX-Maluku.
“Beta dari kacil seng biasa makan bubur dengan papeda. Tapi daripada mati lapar terpaksa Beta beli nasi Padang diam-diam saja,” ungkap lirih salah satu atlet kepada Joses Dosantos Walalayo sebagaimana dikutip referensimaluku.id di akun fesbuknya, Jumat (18/6).
Inspeksi mendadak ketua dan anggota Komisi IV DPRD Maluku di Wisma Atlet di kawasan Karang Panjang, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Maluku, Kamis (17/6) pagi membuka tabir betapa ada yang tidak beres dengan pengelolaan anggaran makan dan minum atlet Maluku persiapan PON Papua.
Solusinya setiap dua pekan harus ada pergantian menu makan atlet. Lalu anggaran makan dan minum perlu dimintai pertanggungjawabannya, itu yang menjadi tugas moril aparat penegak hukum. Jika pembubaran Satgas Pelatda PON XX-Maluku menjadi jalan keluar lain, Pemerintah Provinsi Maluku melalui Wakil Gubernur Barnabas Nataniel Orno selaku Chief de Mission Maluku di PON XX Papua harus membuka hati menerima jeritan atlet dan praktisi olahraga.
Tentu semua keluhan ini untuk penyempurnaan dan masa depan olahraga Maluku lebih baik dan berprestasi. Lebih baik kalah di atas pendirian daripada menang di atas kebohongan. (Rony Samloy)
Discussion about this post