Referensimaluku.id-AMBON. pengelola Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar sepakbola Maluku, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Maluku disoroti atas amburadulnya pengelolaan yang amburadul. Mantan pelatih sepakbola PPLP Maluku, Rahel Tuasalomony mengungkapkan karut-marut pengelolaan sepakbola di kawah candradimuka Dispora Maluku selama empat tahun melatih.
“Selama lebih kurang empat tahun melatih, Stopwatch tidak pernah ada. Waktu ingin latihan terpaksa kita pinjam dari pelatih atletik PPLP Maluku. Kita sudah usulkan tapi tak pernah ditanggapi. Pompa untuk mengisi angin di bola juga tak ada. Kuns yang dipakai juga sudah kusut,warna berubah dan ada yang sudah rusak,” ungkap Rahel kepada pers di Ambon, Sabtu (8/5/2021).
Rahel yang pernah membela Timnas Indonesia Pra-olimpiade Lebanon menuturkan bola kulit yang digunakan juga sudah kalah merek dengan yang digunakan PPLP sepakbola daerah lain di Tanah Air. “Bola yang ada semula 15 buah tapi sudah dicuri sehingga hanya tinggal lima buah. Waktu Kejurnas antarPPLP di Aceh pada 2019 lalu saat latihan kita masih gunakan bola lama sehingga menjadi bahan cibiran tim daerah lain,” tutur mantan timnas PraPiala Asia U-19 1993.
Rahel yang pernah membela Jawa Timur di PON 2000 menuding Dispora Maluku juga kurang memedulikan kesehatan atlet ketika sakit. “Ada pemain-pemain yang sakit terpaksa urus diri sendiri karena tak dirawat baik. Karena itu banyak pemain yang terpaksa pulang rumah karena kurang mendapat perhatian dinas terkait,” beber mantan timnas U-15 dan Timnas U-17.
Rahel menegaskan pihaknya sudah melaporkan manajemen Dispora yang berorientasi proyek ketimbang prestasi.”Saya sudah laporkan ke Kemenpora kalau setiap mau tutup tahun anggaran pemain-pemain PPLP diangkut ke Piru, Seram Bagian Barat, untuk uji coba akal-akalan selama dua jam setelah itu balik Ambon dan dikasih Rp 300 ribu per pemain dan atlet,” paparnya.
Rahel juga menyesalkan sikap Dispora Maluku yang memberhentikan dirinya bersama Heygel Tengens tanpa sepucuk surat ucapan terima kasih. “Mereka tidak tahu diri. Saya dan Pak Heygel Tengens dipanggil dengan Surat Keputusan,tapi kita dikeluarkan tanpa SK dan tanpa surat ucapan terima kasih. Bukankah itu bukan sikap yang baik,” kecamnya.
Sementara itu, enggan disalahkan Kepala Seksi Pemuda dan Olahraga Dispora Maluku Carolus Nirahua angkat bicara. “Itu fitnah. Nanti saya akan buka Rahel juga. Kok sudah empat tahun baru diungkit lagi masalah ini,” herannya ketika dikonfirmasi melalui ponselnya.
Mengenai surat pemecatan Rahel dan Tengens, dalih Carolus, itu kewenangan Asosiasi Provinsi PSSI Maluku. “Soal penunjukan pelatih itu kewenangan Asprov PSSI Maluku. Kan selama dua tahun melatih kita lihat saudara Rahel gagal sehingga kita pertimbangan Asprov PSSI Maluku untuk pergantian pelatih.
Jadi itu kewenangan Asprov PSSI Maluku,” kilahnya. Mengenai pemberian Rp 300 ribu per pemain sehabis uji coba di Piru pada akhir 2019, Carolus tak menampiknya. Namun dia berkelit jumlah itu sesuai anggaran yang ada.”Ya kalau anggarannya cuma begitu mau bikin apa lagi. Silakan saja kalau mereka lapor ke Kemenpora karena tiap tahun anggaran PPLP selalu diaudit,” tutupnya. (RM-02)
Discussion about this post